Negosiasi Uni Eropa dan China soal Tarif Impor Mobil Listrik Alot, Ini Penyebabnya
BRUSSELS, iNews.id - Pejabat Uni Eropa dan China tengah mendiskusikan alternatif untuk penerapan tarif impor atas kendaraan listrik dari China. Namun, belum ada kesepakatan yang tercapai dari kedua belah pihak.
Adapun, salah satu pembahasan dalam pembicaraan antara Uni Eropa dan China terkait harga minimum yang dapat digunakan untuk menjual mobil listrik di Benua Biru.
Melansir Reuters, Ketua komite perdagangan Parlemen Eropa Bernd Lange menyampaikan kepada penyiar Jerman pada Jumat lalu bahwa kesepakatan antara 27 negara anggota Uni Eropa dan China untuk mengganti tarif impor dengan hal lain sudah dekat.
Namun pejabat Uni Eropa lainnya, yang tidak ingin disebutkan namanya karena sensitifnya pembicaraan dengan Beijing, mengatakan bahwa hal tersebut tidak benar. Pasalnya, meskipun pembicaraan terus berlanjut, masih ada hambatan yang menghalangi tercapainya kesepakatan.
Adapun salah satu opsi yang dipertimbangkan adalah menetapkan harga minimum untuk mobil listrik yang diimpor dari China untuk menaikkan harganya.
Ini merupakan kesimpulan setelah Uni Eropa melakukan penyelidikan panjang terkait harga yang dibuat-buat karena subsidi dari pemerintah China.
Untuk mengatasi subsidi, Uni Eropa per Oktober 2024 menaikkan tarif pada kendaraan listrik buatan China hingga 45,3 persen. Langkah ini dilakukan untuk melindungi industri mobil Eropa agar tidak dirugikan dengan kebijakan subsidi dari negara yang tidak adil.
Tarif impor dihitung berdasarkan perkiraan berapa banyak bantuan negara China yang diterima setiap produsen setelah penyelidikan. Komisi Eropa menetapkan bea masuk individual pada tiga merek kendaraan listrik utama China, yaitu SAIC, BYD, dan Geely.
Hal ini telah memecah belah Eropa dan memicu pembalasan dari Beijing. Kamar Dagang China untuk Uni Eropa saat itu mengatakan sangat kecewa dengan tindakan Benua Biru yang proteksionis dan sewenang-wenang.