Menyambung Asa UMKM, Bangkit dari Keterpurukan bersama KUR BRI
JAKARTA, iNews.id - Tangannya sibuk mengaduk secangkir kopi yang akan disuguhkan ke pelanggan, Sabtu (29/11/2025) malam. Bunyi gesekan antara sendok dan cangkir terdengar lembut di tengah riuh rendah pengunjung yang memadati salah satu warmindo di kawasan Pesanggrahan, Jakarta Selatan (Jaksel) itu.
Sesekali, Utayana beranjak ke kompor di pojok dapur warung. Panci berisi air mendidih memasak 12 porsi mi instan secara bersamaan, lengkap dengan telur dan sayuran. Dia pun sesekali mengaduk mi tersebut agar matang merata.
Malam itu, Warung Asep, warmindo milik Utayana, memang ramai. Bangku-bangku hampir penuh. Tawa dan percakapan pengunjung warung saling bersahutan.
Meski begitu, raut wajah pria berusia 53 tahun itu tetap menunjukkan aura kegembiraan. Tak sedikit pun terlihat lelah. Pantas saja, omzetnya bulan ini ternyata tengah melejit.
"Alhamdulillah, (warung) lagi ramai," ujar Utayana saat ditemui iNews.id.
Namun, perjalanan hidup Utayana tak selalu semanis malam itu. Ketika pandemi Covid-19 menggulung banyak usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) beberapa tahun lalu, Warung Asep ikut limbung.
Demi menyambung hidup istri dan tiga putranya, Utayana harus memutar segala daya yang dia punya lantaran sepi pengunjung. Saat badai belum benar-benar reda, cobaan lain datang.
Putra sulungnya, Farhan Cahyana Kusnadi yang kala itu tengah menempuh pendidikan S1 di Fakultas Hukum Institut Pesantren Babakan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, masih memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Belum lagi, Utayana juga harus memenuhi kebutuhan putra keduanya, Muhammad Nico Fadilah yang masih duduk di bangku kelas XI Madrasah Aliyah (MA) Pondok Pesantren Babakan Assalafie Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, dan putra bungsunya Fauzan Aulia Triana, siswa kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Jihadiyah, Jaksel.
Di saat yang sama, lahan yang disewa Utayana untuk mendirikan warung selama 23 tahun dijual pemiliknya. Pemilik baru membangun rumah di atas lahan tersebut. Praktis, warung kecil milik Utayana harus tutup. Begitu pula sumber pendapatannya.
Setahun berselang, secercah asa muncul. Utayana mendapat tempat baru untuk berjualan tak jauh dari lokasi yang lama. Dia memulai segalanya dari awal untuk membangun kembali warung dan harapannya.
Atas saran dari rekannya, Utayana memberanikan diri mengajukan kredit usaha rakyat (KUR) melalui PT Bank Rakyat Indonesia (BRI). Pinjaman yang diajukannya sebesar Rp60 juta.
"Bismillah aja bisa setor, dari nabung hasil warung sedikit-sedikit," tuturnya.
Dana itu digunakan sebagai modal awal untuk menghidupkan lagi usahanya yang sempat terpuruk. Sedikit demi sedikit, warung itu kembali bernyawa.
Dari situlah, pelan-pelan usahanya bangkit. Tidak hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, namun juga menjadi penopang pendidikan ketiga putranya.
"KUR BRI bantu saya bangkit. Bunganya juga rendah, gak memberatkan," ucap Utayana.
Dorong UMKM Naik Kelas dan Lebih Produktif
Utayana merupakan satu dari banyaknya pelaku UMKM yang merasakan manfaat nyata dari program KUR BRI. Bank pelat merah itu berhasil menghadirkan akses pemodalan yang inklusif bagi UMKM untuk terus berdaya demi pertumbuhan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan.
Direktur Utama BRI Hery Gunardi menegaskan pihaknya terus berupaya memperkuat lini pemberdayaan UMKM. Dia mengatakan kemudahan memperoleh modal merupakan salah satu kunci menjaga perkembangan usaha di tingkat akar rumput.
"KUR BRI mampu mendorong peningkatan produktivitas sekaligus menciptakan lapangan kerja di berbagai sektor strategis. Kami percaya bahwa pembiayaan yang tepat sasaran akan memperkuat kontribusi sektor riil terhadap pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar Hery.
Tak sekadar instrumen pembiayaan, dia menekankan KUR merupakan langkah penting mendorong pelaku UMKM lebih tangguh dan produktif.
"Dalam menjalankan peran sebagai penggerak ekonomi di akar rumput, BRI terus memperkuat kapasitas pelaku UMKM melalui pemberdayaan hingga perluasan akses pasar agar pembiayaan semakin berdampak nyata terhadap pertumbuhan dan keberlanjutan usaha,” ucap Hery.
Hingga akhir Oktober 2025, BRI tercatat telah menyalurkan KUR senilai Rp147,2 triliun. Dana itu disalurkan kepada 3,2 juta debitur.
Capaian itu setara 83,2 persen dari pagu KUR BRI 2025 sebesar Rp177 triliun dengan perincian Rp160 triliun dialokasikan untuk KUR Mikro atau kredit di bawah Rp100 juta, sementara Rp17 triliun disiapkan untuk KUR Kecil dengan nilai pinjaman Rp100 juta sampai Rp500 juta.
Total dana yang dialokasikan tahun ini pun meningkat dari distribusi awal senilai Rp175 triliun, seiring meningkatnya permintaan pembiayaan produktif dari pelaku UMKM.
KUR sebagai Instrumen Pemerataan Kesejahteraan
BRI juga senantiasa menunjukkan komitmennya mendorong KUR sebagai motor penggerak perekonomian serta pemerataan kesejahteraan masyarakat. Pada Selasa (21/10/2025) lalu, BRI menggelar Akad Massal KUR di Surabaya, Jawa Timur (Jatim).
Kegiatan itu diikuti 800.000 debitur dari berbagai daerah. Sejumlah pelaku UMKM hadir langsung di lokasi, sementara sebagian lainnya mengikuti acara secara daring dari daerahnya masing-masing.
Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Airlangga Hartarto menekankan KUR menjadi instrumen penting untuk melahirkan wirausaha baru, membuka lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Dia mengatakan langkah itu sejalan dengan Asta Cita Ketiga yakni penciptaan lapangan kerja berkualitas dan pengembangan kewirausahaan yang menjadi salah satu program prioritas Presiden Prabowo Subianto.
“Tahun ini pemerintah akan mendorong dan menargetkan penyaluran KUR bisa mencapai Rp300 triliun dan tentu harapannya usaha-usaha produktif biasanya mempekerjakan tiga sampai lima tenaga kerja. Tentu ini akan menambah jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor entrepreneurship,” ujar Airlangga.
Secara keseluruhan, pemerintah telah menyalurkan KUR senilai Rp240,09 triliun kepada 4,07 juta pelaku UMKM hingga 31 Oktober 2025. Jumlah itu mencakup 83,77 persen dari target Rp286,61 triliun.
Airlangga menekankan pemerintah terus memperluas akses pembiayaan bagi sektor usaha untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. KUR menjadi sarana utama bagi pelaku UMKM mengakses pemodalan untuk meningkatkan daya saing dan kapasitas usaha.
"Ini membuktikan KUR tidak hanya memberikan akses pembiayaan, tapi benar-benar mendorong usaha produktif untuk tumbuh dan naik kelas," ujar Airlangga.
Pada 2026, pemerintah menetapkan target penyaluran KUR sebesar Rp295 triliun. Dari jumlah tersebut, ditargetkan sebanyak 65 persen penyaluran menyasar sektor-sektor produksi.
Dengan kebijakan yang tidak membatasi frekuensi akses pembiayaan murah, Airlangga menekankan tidak ada alasan lagi bagi UMKM untuk tak naik kelas dan bersaing.
"Dengan kebijakan yang tepat dan pelaksanaan yang konsisten, kami yakin program-program ini akan terus menjadi pengungkit pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan," ucap Airlangga.










