Bursa Asia Tertekan Jelang Data Ekonomi dan Rapat Bank Sentral
IDXChannel – Bursa saham Asia merosot pada Selasa (16/12/2025) seiring investor memilih bersikap hati-hati.
Sikap tersebut diambil menjelang rilis serangkaian data ekonomi Amerika Serikat (AS), termasuk laporan ketenagakerjaan, yang dapat membantu mengukur arah kebijakan Federal Reserve (The Fed) tahun depan.
Menurut data pasar, indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 1 persen pada awal perdagangan. Indeks Nikkei Jepang dan indeks acuan Korea Selatan, KOSPI, masing-masing melemah lebih dari 1 persen.
Shanghai Composite tergelincir 0,95 persen, Hang Seng Hong Kong berkurang 1,53 persen, ASX 200 Australia tergerus 0,27 persen, dan STI Singapura minus 0,33 persen.
Sementara, kontrak berjangka (futures) Nasdaq dan Eropa juga terkoreksi 0,5 persen, mengindikasikan pembukaan pasar yang rapuh.
Selain laporan ketenagakerjaan gabungan AS untuk Oktober dan November yang dijadwalkan rilis Selasa, investor juga mencermati data inflasi pada Kamis.
Namun, sejumlah detail penting diperkirakan tidak tersedia, menyusul penutupan pemerintahan terpanjang dalam sejarah yang menghambat proses pengumpulan data.
Kepala Strategi Investasi Saxo, Charu Chanana, menilai pasar memperlakukan pekan ini sebagai semacam ‘reset’ mini bagi narasi makroekonomi AS, dengan rilis data ketenagakerjaan, inflasi, dan penjualan ritel yang datang dalam rentang waktu sempit sehingga berpotensi cepat mengubah ekspektasi suku bunga.
The Fed pekan lalu memangkas suku bunga sesuai ekspektasi dan memproyeksikan satu kali penurunan lagi pada 2026. Namun, pasar memperhitungkan setidaknya dua kali pemangkasan tambahan tahun depan.
“Jika datanya beragam hingga sedikit lebih lunak, narasi soft landing tetap terjaga, tetapi itu belum tentu menjadi latar yang memicu reli besar aset berisiko,” ujar Chanana.
Chanana melanjutkan, “Risiko sebenarnya adalah kejutan hawkish. Jika inflasi atau data ketenagakerjaan lebih panas dari perkiraan, imbal hasil naik dan aset berisiko, terutama saham pertumbuhan berdurasi panjang, akan merasakannya lebih dulu.”
Spekulasi juga berkembang mengenai kandidat terdepan pengganti Ketua The Fed Jerome Powell, yang masa jabatannya berakhir pada Mei.
Ekspektasi akan ketua The Fed yang lebih dovish turut mendorong taruhan penurunan suku bunga tahun depan.
Perhatian pasar pekan ini juga tertuju pada keputusan kebijakan dari Bank of England (BoE), Bank Sentral Eropa (ECB), dan Bank of Japan (BOJ).
BoE diperkirakan memangkas suku bunga, BOJ cenderung menaikkan, sementara konsensus luas memperkirakan ECB mempertahankan suku bunga, meski masih ada tanda tanya mengenai peluang kenaikan suku bunga di Eropa tahun depan. (Aldo Fernando)








