Ini Video Langka Yahya Sinwar Pimpin Serangan Hamas 7 Oktober yang Permalukan Israel

Ini Video Langka Yahya Sinwar Pimpin Serangan Hamas 7 Oktober yang Permalukan Israel

Global | sindonews | Minggu, 26 Januari 2025 - 09:53
share

Al Jazeera telah menayangkan rekaman video yang belum pernah dilihat sebelumnya tentang Yahya Sinwar dan Mohammed Deif memimpin serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang mempermalukan Israel di mata dunia.

Serangan kilat Hamas pada hari itu telah mempermalukan Zionis Israel, di mana negara Yahudi yang mengeklaim memiliki militer terkuat dan badan intelijen terhebat gagal mendeteksi dan mencegahnya.

Rekaman langka tersebut disiarkan pada hari Jumat selama episode program investigasi oleh Al Jazeera, di mana jaringan tersebut mewawancarai para anggota Brigade Izzuddin al-Qassam, sayap militer Hamas.

Episode tersebut diberi judul "The Flood [Banjir]”, merujuk pada operasi 7 Oktober yang dijuluki "Badai al-Aqsa" atau “Banjir al-Aqsa” oleh Hamas.

Anggota Hamas memberikan perincian tentang persiapan kelompok tersebut untuk serangan 7 Oktober 2023 di Israel selatan—yang pada akhirnya memicu perang habis-habisan di Gaza.

Episode tersebut membagikan rekaman tiga petinggi Hamas di ruang operasi yang diduga mendiskusikan rencana dan kapan akan melakukan serangan. Para petinggi tersebut termasuk Panglima Brigade al-Qassam Mohammed al-Deif dan petinggi Hamas Yahya Sinwar.

Deif, yang wajahnya diburamkan dalam video tersebut, terlihat menguraikan rencana Hamas untuk menyerbu Israel selatan, dengan mengatakan bahwa itu akan menjadi peristiwa bersejarah. Deif disebut sebagai arsitek serangan tersebut.

Israel mengeklaim telah membunuh Deif di kota Khan Younis di Jalur Gaza pada Juli tahun lalu, meskipun Hamas membantah bahwa dia tewas.

Rekaman pemimpin Hamas yang terbunuh, Yahya Sinwar juga ditampilkan. Dia terlihat berjalan melalui bangunan yang rusak parah, menutupi dirinya dengan selimut.

Dalam klip lain, Sinwar terlihat mengenakan rompi militer, yang juga ditutupi selimut, dan berbicara kepada para milisi Hamas untuk "meningkatkan moral mereka".

Sinwar, yang dituduh Israel sebagai salah satu dalang serangan 7 Oktober, dibunuh oleh pasukan Israel di Rafah pada 16 Oktober tahun lalu. Israel merilis rekaman saat-saat terakhir Sinwar di medan perang, yang menurut banyak pengamat menjadi bumerang dan malah menggambarkannya sebagai pahlawan bagi para pendukungnya.

Laporan Al Jazeera juga memuat wawancara yang sebelumnya tidak pernah ditayangkan dengan komandan Brigade al-Qassam Kota Gaza, Ezzedine al-Haddad.

Dalam wawancara tersebut, Haddad, dengan wajah yang juga disamarkan, mengatakan: “Israel tidak punya pilihan selain menuruti tuntutan kami" selama negosiasi gencatan senjata, seraya menambahkan bahwa waktu serangan Hamas dibatasi hanya untuk beberapa orang.

Dia mengeklaim bahwa Israel telah merencanakan perang di Jalur Gaza bahkan sebelum serangan 7 Oktober, dan bahwa serangan Hamas di Israel selatan merupakan serangan pendahuluan.

Serangan yang dipimpin Hamas terhadap Israel menewaskan sekitar 1.200 orang, dengan sekitar 251 orang lainnya ditangkap dan dibawa ke Gaza sebagai sandera, menurut penghitungan Israel.

Tidak jelas berapa banyak dari jumlah itu yang dibunuh oleh pasukan Israel selama operasi tempurnya di Gaza.

Hamas mengatakan serangan 7 Oktober merupakan respons terhadap pendudukan dan agresi Israel selama puluhan tahun terhadap Palestina, termasuk pengepungan di Gaza sejak 2007.

Kelompok itu mengatakan tujuannya adalah untuk menekan Israel agar membebaskan para tahanan Palestina di penjara-penjaranya dan mencabut blokade.

Banyak orang di Israel mengecam pemerintah, militer, dan badan intelijen karena gagal mencegah serangan itu.

Perang brutal Israel di Gaza menewaskan lebih dari 47.000 orang, sebagian besar warga sipil, dan banyak lagi yang diyakini masih berada di bawah reruntuhan. Hal itu telah membuat sebagian besar wilayah kantong Palestina tersebut tidak dapat dihuni dan menghancurkan sektor perawatan kesehatannya, dengan puluhan anak meninggal karena kekurangan gizi dan hipotermia karena kurangnya akses bantuan.

Kesepakatan gencatan senjata yang mulai berlaku pada tanggal 19 Januari akan menyaksikan Hamas dan Israel menukar tawanan yang tersisa dengan tahanan Palestina secara bertahap, serta mengakhiri permusuhan dan penarikan bertahap pasukan Israel dari Gaza dan membangun kembali daerah kantong pantai tersebut.

Topik Menarik