BEI Harap Ada BUMN IPO pada Pemerintahan Prabowo-Gibran

BEI Harap Ada BUMN IPO pada Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ekonomi | inews | Jum'at, 18 Oktober 2024 - 11:20
share

JAKARTA, iNews.id - Bursa Efek Indonesia (BEI) berharap terdapat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau anak usaha yang melakukan pencatatan perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) di Bursa. 

Direktur Utama BEI, Iman Rachman berharap, pemerintahan Prabowo-Gibran, dalam hal ini menteri dan wakil menteri BUMN, mampu melanjutkan program perusahaan pelat merah dan anak usahanya secara berkelanjutan.

“Kami harap di pemerintahan baru akan ada tambahan suplai perusahaan terutama yang size besar,” ucap Iman kepada wartawan di Kantor BEI, Jakarta, dikutip, Jumat (18/10/2024).

Iman menambahkan, saat ini belum ada perusahaan BUMN maupun anak BUMN yang berada dalam pipeline IPO. Iman berharap di antaranya anak usaha Pertamina, PalmCo dan Inalum bisa tercatat di bursa.

“Untuk BUMN baru yang sudah eksisting perlu ada keberlanjutan, di 2025 kami berharap ada yang lain,” tuturnya. 

Namun, dia menyadari terdapat tantangan dan peluang BUMN dan anak usahanya untuk melantai di bursa. Adapun tantangan perusahaan BUMN untuk IPO adalah soal waktu. 

Iman menyebut, jika perusahaan BUMN IPO di saat kondisi pasar tidak baik maka akan berdampak negatif pada kinerja saham.

“Memang IPO is about timing. Ini saya pernah jadi underwriter, walaupun perusahaan bagus tapi kondisi pasarnya jelek, ya juga jelek,” kata dia.

Iman mencontohkan, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) berhasil IPO ketika kondisi industri sedang baik. 

Selain fokus pada perusahaan BUMN yang ingin melantai di bursa, Iman juga menekankan BEI perlu mempersiapkan pembeli untuk saham IPO. Hal tersebut termasuk bekerja sama dengan lembaga keuangan seperti dana pensiun, perusahaan asuransi, dan BPJS Ketenagakerjaan. 

Dengan demikian, Iman berharap bahwa institusi domestik akan lebih aktif dalam membeli saham. Berdasarkan data BEI, saat ini transaksi di pasar menunjukkan bahwa 40 persen berasal dari investor asing dan 60 persen dari investor domestik, baik institusi maupun individu. 

“Jadi kami gak bisa suplai market masuk, kalau ga ada yang beli,” ucapnya.

Topik Menarik