Pemerintah Berencana Tambah Food Estate Baru Seluas 3 Juta Hektare di Luar Pulau Jawa

Pemerintah Berencana Tambah Food Estate Baru Seluas 3 Juta Hektare di Luar Pulau Jawa

Ekonomi | inews | Selasa, 5 November 2024 - 19:49
share

JAKARTA, iNews.id - Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Nusron Wahid menuturkan, pihaknya telah menyiapkan lahan seluas 3 juta hektare untuk pembukaan sawah baru di luar Pulau Jawa. Ini diperlukan untuk kawasan pertanian berkelanjutan. 

"Kita perlu susun kawasan lahan pertanian berkelanjutan, berapa jumlahnya, tentu hari ini ada hitungan kasar, sekitar 3 juta hektare untuk sawah baru," ujar Nusron di Kementerian ATR/BPN, Jakarta, Selasa (5/11/2024).

Nusron menambahkan, hal ini merespons adanya alih fungsi lahan yang terjadi di Pulau Jawa, dari sebelumnya lahan untuk kawasan pertanian, justru dibangun infrastruktur hingga hunian.

"Karena lahan sawah lama di Pulau Jawa sudah banyak di duduki pabrik, jadi perumahan, sekolah, rumah sakit, itu baik, tapi butuh ganti lahan," kata dia.

Nurson menyebut, ketahanan pangan menjadi fokus utama Kabinet Merah Putih dibawah Kepemimpinan Prabowo-Gibran. Salah satu peran Kementerian ATR/BPN untuk menyediakan lahan dalam rangka penciptaan lahan sawah baru.

Sementara, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyebut, lahan tersebut akan digunakan untuk membangun food estate baru di luar Jawa sebagai sentra produksi pangan.

"Makanya 3 juta hektare tadi, adalah kalkulasi yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pangan rakyat Indonesia. Pembukaan food estate di daerah ini harus di kalkulasikan dengan matang, tetapi revitalisasi lahan yang sudah ada perlu dilakukan," ujar AHY.

Menurutnya, konflik geopolitik yang belakangan terjadi mengancam terjadinya krisis pangan. Hal ini dikarenakan pasokan pangan atau bahan pangan akan terganggu akibat konflik tersebut. 

"Saat ini kita terus fokus, bukan hanya kita mau mensukseskan swasembada pangan, tetapi ini tuntutan dari negara di dunia karena tekanan geopolitik, bisa menggangu pasokan komoditas pangan," katanya.

Topik Menarik