Mengatasi Konfilk Keluarga dalam Ajaran Islam, Saling Memahami dan Meminta Maaf
JAKARTA, iNews.id - Program religi Cahaya Hati Indonesia di iNews TV, Sabtu (18/1/2024), mengambil tema spesial yang sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari, yaitu “Kenapa Bukan Aku, Tapi Saudaraku.” Acara ini menghadirkan dua penceramah ternama Ustadz Erick Yusuf dan Ustadz Abeey Ghifran.
Salah satu masalah yang kerap terjadi di lingkungan masyarakat adalah konflik keluarga. Jemaah pun bertanya, bagaimana mengatasi masalah konflik keluarga menurut ajaran Islam?
Ustadz Abeey Ghifran menerangkan tidak ada orang tua yang ingin anaknya berselisih. Saat masih hidup mereka terus berusaha menjadi orang tua yang baik. Mereka ingin kehidupan anaknya tercukupi dan menjadi orang tua yang sempurna.
"Tapi pada saat setelah meninggal dunia, mereka akan menjerit, dia akan menangis, dia akan merasa terus bersalah, ketika melihat anak-anaknya bercerai berai. Tidak ada orang tua yang tenang," ujar Ustadz Abeey.
"Ketika meninggal di dalam kuburnya dia bicara. Ya Allah saya tidak pernah didik anak saling berantem. Yang tua ngerendahin yang muda, yang muda ngelawan yang tua," katanya.
Dia menegaskan orang tua sudah menasihati anak-anaknya. "Kita tidak punya siapa-siapa dalam hidup ini. Yang kita punya hanya saudara. Maka minimal saudara dengan saudara saling melindungi, saling menyangi, saling bisa menjaga," ujar Ustadz Abeey.
Sebab itu, lanjut dia, jika saudara berselisih damaikanlah, saling memahami dan mamaklumi karakter masing-masing.
Ustadz Erick Yusuf menuturkan semua akan prihatin apabila dalam satu keluarga tidak akur, saling menyalahkan. Ini timbul karena ada iri hati, dengki atau hasud, seperti tertera dalam Surat Annas.
الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ ٥مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِࣖ
alladzî yuwaswisu fî shudûrin-nâs, minal-jinnati wan-nâs.
"Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.”
Ustadz Erick mengingatkan setiap orang harus bisa melimdungi diri dari bisikan-bisokan setan yang ingin selalu mengadu domba dan menimbulkan konfik.
"Masing-masing, pertama harus menjaga diri. Kedua, kita diajari untuk tabayun, untuk selalu klarifikasi, untuk selalu menyatakan ketika kita salah, salahnya di mana. Takut kita enggak sadar (melakukan kesalahan," katanya,
Ustadz Erick menyebutkan bila terjadi salah bisa muhasabah, intropeksi dan memperbiki diri sehingga terhindar dari perselisihan keluarga yang membawa ke api neraka. Berlapang hati meminta maaf dan membuka hati untuk memberikan maaf.