Menteri Radikal Israel Ben Gvir Mundur: Gencatan Senjata adalah Kemenangan bagi Hamas

Menteri Radikal Israel Ben Gvir Mundur: Gencatan Senjata adalah Kemenangan bagi Hamas

Terkini | inews | Senin, 20 Januari 2025 - 03:02
share

TEL AVIV, iNews.id - Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben Gvir mengajukan pengunduran diri dari kabinet Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Minggu (19/1/2025). Politikus sayap kanan radikal itu mundur sebagai bentuk protes atas keputusan pemerintah menyepakati gencatan senjata dengan Hamas.

Bukan hanya itu, Ben Gvir menarik dukungan partainya, Otzma Yehudit, dari koalisi pemerintahan Netanyahu.

Oleh karena itu, dua politisi Otzma Yehudit lainnya juga mundur dari kabinet. Mereka adalah Menteri Warisan Budaya Amichai Eliyahu dan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Negev dan Galilea Yitzhak Wasserlauf.

Surat pengunduran diri ketiga menteri radikal itu akan berlaku dalam waktu 48 jam sejak diajukan.

"Anggota Otzma Yehudit telah mengajukan pengunduran diri kepada Perdana Menteri. Kami menepati janji. Kami tidak akan menerima kesepakatan yang gegabah," kata Ben Gvir, dalam pernyataan di Telegram.

Menteri yang kerap melakukan aksi kontroversial dan sering dikecam negara Muslim karena menggeruduk Masjid Al Aqsa itu menilai, gencatan senjata tersebut merupakan kemenangan penuh bagi Hamas.

"Kami tidak akan kembali ke meja pemerintah tanpa kemenangan penuh melawan Hamas dan realisasi penuh dari tujuan perang," ujarnya, seperti dilaporkan kembali Sputnik.

Sebelumnya dia juga mengajak politikus sayap kanan jauh lainnya, yakni Menteri Keuangan Bezalel Smotrick, untuk mundur dari pemerintah. Alasannya, kesepakatan itu bisa mengancam keamanan nasional Israel.

Gencatan senjata tahap pertama berlaku efektif pada Minggu pukul 11.30 waktu setempat atau 16.30 WIB, mundur dari seharusnya pukul 08.30 waktu setempat.

Dalam kesepakatan gencatan senjata tahap pertama yang berlangsung 6 pekan atau 42 hari itu juga dilaksanakan pertukaran tahanan. Hamas akan membebaskan 33 sandera Israel, sementara negara Yahudi itu akan membebaskan ratusan, bahkan ribuan tahanan Palestina.

Topik Menarik