Kamboja Tegaskan Tak Rekrut Tentara Bayaran Asing Lawan Thailand, Singgung Harga Diri Bangsa
PHNOM PENH, iNews.id - Di tengah memanasnya konflik antara Kamboja dan Thailand, Presiden Senat Kamboja Hun Sen menegaskan negaranya tidak pernah menampung pasukan asing selama lebih dari tiga dekade terakhir. Pernyataan ini sekaligus membantah keras laporan media Thailand yang menuding Phnom Penh merekrut tentara bayaran asing untuk berperang.
Isu keterlibatan pasukan bayaran asing mencuat setelah sejumlah media Thailand melaporkan dugaan perekrutan warga Rusia dan negara lain, termasuk operator drone kamikaze, untuk menyerang wilayah Thailand. Tuduhan tersebut langsung dibantah Hun Sen dan disebut sebagai informasi palsu yang mencederai martabat Kamboja.
Dalam pernyataan yang diunggah di media sosial X, Hun Sen menegaskan Kamboja tidak memiliki tentara asing yang terlibat dalam pertempuran, baik sebagai pasukan tempur maupun penasihat militer.
“Untuk menjunjung tinggi martabat Kamboja serta Rusia dan warga asing lain yang dituduh, saya ingin mengklarifikasi bahwa Kamboja tidak memiliki warga Rusia atau negara asing lainnya ikut serta dalam pertempuran di medan perang atau bertindak sebagai penasihat militer untuk tentara Kamboja,” tulis Hun Sen, dikutip Kamis (18/12/2025).
Mantan Perdana Menteri Kamboja itu menekankan, sejak penarikan Otoritas Transisi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Kamboja (UNTAC) pada 1993, negaranya sama sekali tidak pernah mengizinkan kehadiran pasukan militer asing di wilayahnya.
“Kami tidak memiliki pasukan militer asing yang hadir di wilayah Kamboja sejak UNTAC meninggalkan Kamboja pada 1993,” katanya.
Hun Sen juga menyinggung warga asing yang saat ini berada di Kamboja. Menurut dia, mereka tidak ada kaitannya dengan konflik bersenjata, melainkan merupakan turis, investor, tenaga ahli, serta karyawan perusahaan asing maupun domestik yang menjalankan aktivitas sipil.
Bantahan ini muncul di tengah meningkatnya eskalasi konflik Kamboja-Thailand, yang tak hanya berlangsung di medan tempur tetapi juga merambah ke perang narasi dan propaganda. Phnom Penh menilai tudingan tentang tentara bayaran asing berpotensi memperkeruh situasi serta memperluas konflik ke ranah diplomatik internasional.










