Kemenhut Gandeng India untuk Cegah Kematian Gajah Sumatra Akibat EEHV

Kemenhut Gandeng India untuk Cegah Kematian Gajah Sumatra Akibat EEHV

Terkini | inews | Senin, 22 Desember 2025 - 22:12
share

JAKARTA, iNews.id - Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni mendatangkan dokter dari Vantara India ke Indonesia untuk mencegah kematian gajah Sumatra akibat infeksi Elephant Endotheliotropic Herpes Virus (EEHV). Adapun, Vantara merupakan pusat penyelamatan, rehabilitasi, dan konservasi satwa liar raksasa di Jamnagar, Gujarat dengan salah satu rumah sakit gajah tercanggih di dunia.

Langkah ini dilakukan setelah Gajah Sumatra bernama Laila meninggal di Pusat Konservasi Gajah (PKG) Sebanga, Bengkalis, Riau, beberapa waktu lalu. Gajah betina berusia 1 tahun 6 bulan tersebut meninggal akibat infeksi EEHV.

"Saya sudah kontak teman di India bisa menemukan antivirus itu, tinggal study-nya apakah cocok atau tidak dengan gajah kita. Cuma saat ini sudah ada progres. Mereka bahkan mau ngasih gratis jika cocok dengan gajah kita. Tinggal satu step riset lagi,” ucap Raja Antoni dalam keterangannya, Senin (22/12/2025).

Sesuai arahan Menhut, Fauna Land Indonesia bersama Tim Vantara India hadir di Riau hari ini, Senin (22/12/2025). Kedatangan mereka untuk melakukan analisis medis dan melakukan tindakan preventif terhadap penyebaran virus EEHV.

“Kita hari ini mengunjungi-mengunjungi Taman Wisata Alam (TWA) Buluh Cina di Balai Besar KSDAE Riau, bersama dengan tim dari Vantara dari India untuk bersama-sama mengevaluasi bersama-sama melihat kondisi Gajah yang di captivity. Nah karena kita tahu beberapa waktu lalu ada kejadian, misalnya anak gajah yang meninggal karena virus EEHV yang itu akan kita cegah,” ucap Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Satyawan Pudyatmoko.

Satyawan menambahkan, pencegahan kematian gajah akibat infeksi EEHV memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang memadai, terutama dalam mendeteksi gejala sejak dini. 

Melalui kerja sama tersebut, dia berharap dapat menyelamatkan populasi gajah Sumatra yang bukan hanya terancam akibat kehilangan rumah ekosistem mereka, tapi juga ancaman EEHV.

“Sehingga untuk mencegah itu, kita perlu ada pengetahuan yang cukup. Perlu ada keterampilan yang cukup. Kita bekerjasama dengan mitra kita dari luar negeri untuk datang bersama-sama. Membuat peaceline data untuk Gajah yang ada di sini, lalu juga tentu capacity building untuk mahut (pawang gajah) ya,” tuturnya.

Meski kerja sama ini dimulai di Buluh China, upaya preventif nantinya juga akan menjangkau seluruh kantong gajah di Taman Nasional Tesso Nilo, Sebanga, Waykambas dan lokasi lainnya.

Sementara itu, CEO Fauna Land Indonesia, Danny Gunalen menuturkan, pihaknya sebagai perwakilan Vantara di Indonesia, siap mendukung pemerintah dalam survei dan penanganan kesehatan gajah di TWA Buluh Cina. Vantara dari India dikenal sebagai salah satu pusat penyelamatan dan rumah sakit gajah terbesar di dunia.

“Kami dari Fauna Land bisa membantu kementerian untuk mensurvey gajah di TWA Buluh Cina ini. Kebetulan kami bermitra dengan Vantara dari India. Mereka adalah salah satu rescue center Gajah terbesar di dunia, dan memiliki rumah sakit Gajah terbesar di dunia,” ucap Danny.

Dia menambahkan, tim dokter spesialis gajah dari India telah melakukan diagnosis awal, mempelajari kondisi kesehatan serta kesejahteraan gajah di lokasi tersebut, terutama pasca merebaknya penyakit herpes.

“Mereka ada dokter-dokter ahli yang sekarang ini ikut mensurvei lokasi ini yang di mana beberapa waktu lalu terjadi outbreak penyakit Herpes, kami sudah melihat mendiagnosa, mempelajari kondisi dan wellfare Gajah ini, dan kami akan melakukan langkah-langkah berikutnya, preventif measurement dari medis dan akan berkala ini. Kami terapkan supaya menghindari terjadi kematian lagi,” katanya.

Topik Menarik