Luka Modric Ungkap Cinta AC Milan sejak Kecil, Sosok Zvonimir Boban Jadi Kunci
MILAN, iNews.id – Luka Modric menegaskan ikatan emosionalnya dengan AC Milan jauh lebih dalam dibanding sekadar babak terbaru kariernya. Pengakuan itu menguatkan ambisi sang gelandang veteran membawa Rossoneri meraih gelar juara.
Dalam wawancara panjang bersama Corriere della Sera, Luka Modric secara terbuka mengungkap latar belakang kecintaannya kepada AC Milan. Klub Italia itu sudah menempati ruang khusus di hatinya sejak masa kanak-kanak.
Luka Modric mengaku tumbuh sebagai penggemar AC Milan karena sosok idolanya semasa kecil, Zvonimir Boban. Figur legenda Kroasia tersebut menjadi alasan utama keterikatannya dengan klub merah hitam.
“Sebagai anak-anak saya adalah penggemar Milan, karena pahlawan masa kecil saya: Boban,” kata Luka Modric.
“Saya pikir saya akan mengakhiri karier di Real Madrid, tetapi saya selalu tahu jika bermain untuk klub lain, itu adalah Milan. Saya datang ke sini untuk menang.”
Pernyataan tersebut memperjelas motivasi Luka Modric menerima tantangan bersama AC Milan. Bagi dia, tujuan bermain di San Siro tidak pernah sekadar menutup karier.
Ambisi Luka Modric secara terang mengarah pada Scudetto. Dia menegaskan mentalitas menang menjadi identitas yang tidak terpisahkan dari AC Milan.
“Di Milan, Anda harus selalu bermain untuk menang. Hanya untuk menang,” lanjut Luka Modric.
Rahasia Konsistensi Luka Modric di Usia 40 Tahun
Pada usia 40 tahun, Luka Modric juga menjelaskan caranya tetap bersaing di level tertinggi sepak bola Eropa. Dia menolak anggapan adanya formula khusus.
Menurut Luka Modric, kunci utama terletak pada kecintaan total terhadap sepak bola. Baginya, latihan dan pola makan penting, namun bukan segalanya.
“Anda harus mencintai sepak bola, memikirkan sepak bola, hidup untuk sepak bola. Latihan dan diet penting, tetapi rahasia sesungguhnya ada di hati. Saya bahagia saat latihan seperti ketika masih anak-anak,” ujar Luka Modric.
Dia juga mengenang masa kecilnya di Kroasia yang penuh kesederhanaan. Luka Modric tumbuh dalam lingkungan keluarga, jauh dari kemewahan, bahkan lebih sering berada di sekitar hewan dibanding taman kanak-kanak.
Pengalaman pahit akibat perang di awal 1990-an turut membentuk karakter Luka Modric. Dia kehilangan kakeknya dalam konflik tersebut, momen yang meninggalkan jejak mendalam.
“Tahun-tahun itu membentuk diri saya. Sepak bola membantu kami menjalani hidup sebagaimana mestinya pada usia tersebut,” ucap Luka Modric.
Dalam wawancara itu, Luka Modric turut memberikan apresiasi kepada sosok-sosok penting dalam perjalanan kariernya. Nama Francesco Totti, Carlo Ancelotti, dan Jose Mourinho disebut sebagai figur berpengaruh.
Dia juga menyanjung Massimiliano Allegri atas kepribadian serta kecerdasan sepak bola yang dimiliki sang pelatih. Menurut Luka Modric, karakter tersebut sangat berharga di ruang ganti.
Luka Modric menutup pembicaraan dengan kembali menyoroti situasi AC Milan di klasemen. Dia mengakui persaingan ketat, namun menegaskan identitas klub tetap menjadi kekuatan utama.
“Perjalanan masih panjang dan banyak tim kuat. Tetapi kami adalah Milan. Dan itu berarti sesuatu,” tutup Luka Modric.










