Doa Bangsa untuk Sumatra, Habib Jindan: Musibah adalah Ujian Cinta dari Allah SWT
JAKARTA, iNews.id - Pimpinan Pondok Pesantren Al-Fachriyah, Habib Jindan bin Novel, mengajak umat menjadikan musibah dan bencana sebagai jalan memperkuat kesabaran, keimanan, dan kedekatan kepada Allah SWT. Ia menegaskan bahwa musibah merupakan sunnatullah yang juga dialami para nabi, wali, dan orang-orang saleh sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.
Hal tersebut disampaikan Habib Jindan dalam acara Cahaya Hati Cahaya Indonesia bertema “Doa Bangsa untuk Sumatra” yang digelar iNews Media Group di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, dan disiarkan lewat iNews TV (31/12/2025) malam.
“Dan insya Allah kita doakan bangsa Indonesia makin maju, makin berkah, makin dirahmati oleh Allah, makin dicintai oleh Allah Ta'ala, dan dijauhkan dari musibah dan bencana. Karena musibah adalah sunnatullah-sunnah dari Allah di muka bumi ini. Bahkan orang yang paling banyak kena musibah dan bencana adalah para nabi-nabi, para wali-wali, para shalihin,” ujar Habib Jindan.
Kereta Khusus Petani dan Pedagang Beroperasi Mulai Hari Ini, Berikut Tarif dan Ketentuannya
Habib Jindan menjelaskan bahwa musibah bukanlah tanda kebencian Allah, melainkan bukti kasih sayang-Nya kepada hamba yang dicintai. Ia mengutip sabda Rasulullah SAW tentang orang-orang yang paling berat ujiannya.
“Orang yang paling banyak diuji oleh Allah Ta'ala adalah para nabi-nabi, kemudian yang mendekati derajat mereka; para wali-wali, para shalihin,” tuturnya.
Menurut Habib Jindan, terdapat satu bentuk ibadah yang tidak dapat dipilih oleh manusia, yakni ibadah sabar atas musibah, karena ujian tersebut sepenuhnya merupakan kehendak Allah.
“Tetapi musibah itu adalah pilihan Allah, bukan pilihan kita. Allah yang memilih hamba-Nya untuk diuji. Kemudian diberikan taufik untuk bersabar dan melakukan tindakan yang diridhai oleh Allah Ta'ala, dan Allah Ta'ala menggantikan musibah tersebut dengan kebaikan,” katanya.
Habib Jindan menekankan bahwa kesabaran memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah SWT.
"Cukup sebagai sebuah pahala dan kebanggaan bagi kesabaran, satu ayat dari Allah Ta'ala: 'Innallaha ma'ash-shabirin'. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar,” ujarnya.
Habib Jindan juga mengingatkan bahwa keluh kesah tidak akan mengubah takdir atau meringankan musibah, justru dapat menghilangkan pahala.
“Keluh kesahnya manusia tatkala diuji oleh Allah Ta'ala, keluh kesahnya dia tidak merubah takdir, tidak merubah keadaan, tidak memendekkan durasi musibah yang sudah ditentukan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala,” tuturnya.
Lebih lanjut, Habib Jindan mengajak umat untuk meneladani sikap orang-orang saleh yang memandang keselamatan iman sebagai hal paling utama, melampaui kehilangan materi apa pun. “Selama iman saya aman, motor saya boleh hilang, rumah saya boleh terbakar,” kelakarnya.
Ia menegaskan bahwa musibah terbesar sejatinya bukanlah bencana fisik, melainkan terputusnya hubungan dengan rahmat dan rida Allah SWT.
“Musibah yang sejati adalah yang terpisah dari rahmat Allah Ta'ala. Bukan yang bisa ditimpa musibah fisik, tetapi musibah yang sebenarnya adalah yang terharamkan dari pahala dan rida Allah Subhanahu Wa Ta'ala,” ujarnya.
Menutup tausiah dan doanya, Habib Jindan memohon agar Allah SWT melindungi Indonesia dari bala dan bencana serta menganugerahkan pemimpin-pemimpin yang bertakwa.
“Dan Allah Ta'ala melindungi negeri ini, melindungi bangsa ini, dan menjauhkan musibah, bala, dan bencana,” pungkasnya.










