Dukung Ketahanan Pangan Indonesia, IsDB dan IFAD Kembangan Pertanian Dataran Tinggi
MALANG, iNewsmalang.id - Pemerintah Indonesia berkolaborasi dengan dua lembaga internasional mengembangkan program UPLAND atau pertanian dataran tinggi, untuk mendukung ketahanan pangan. Dimana pembiayaan dari program itu diberikan oleh International Fund for Agricultural Development (IFAD) dan Islamic Development Bank (IsDB), salah satunya menyasar Kabupaten Malang, sebagai proyek ujicoba pertanian di dataran tinggi.
Plt Bupati Malang Didik Gatot Subroto menyatakan, pelaksanaan program UPLAND ini terlah berjalan selama tiga tahun terakhir di tiga desa pada dua kecamatan. Tiga desa yakni Desa Pujon Kidul dan Desa Ngabab, Kecamatan Pujon, dan Desa Purworejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang.
"Komoditas unggulan yang dibudidayakan adalah bawang merah, dengan varietas Batu Ijo. Semoga pertemuan ini dapat semakin memperkuat kolaborasi dan memperluas peluang kerja sama di masa yang akan datang," ucap Didik Gatot Subroto, saat konferensi pers di Pendopo Agung Kabupaten Malang, Kamis (21/11/2024), saat menerima kunjungan perwakilan Islamic Development Bank (IsDB) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD) di Malang.
Program UPLAND ini tak lepas darı koordinasi di bawah Kementerian Pertanian (Kementan) selaku pemantau dan pengendali program. Rahmanto, selaku koordinator Tim Pemantau dan Pengendali Program UPLAND menjelaskan, UPLAND sudah hadir di berbagai daerah dengan fokus pada produk pertanian unggulan. Salah satu produk yang menjadi unggulan ialah bawang merah di Malang, Jawa Timur.
"UPLAND hadir untuk meningkatkan produksi, menjaga ketahanan pangan, dan memastikan komoditas utama, seperti bawang merah, tetap stabil meskipun menghadapi tekanan inflasi," ujar Rahmanto.
Malang menjadi salah satu contoh sukses pengembangan bawang merah, yang memiliki hubungan langsung dengan fluktuasi harga akibat inflasi. Rahmanto menekankan bahwa program UPLAND bertujuan untuk memastikan kestabilan produksi bawang merah guna menjaga daya beli petani dan pasokan pasar.
"Jika produksi bawang merah meningkat, petani akan lebih sejahtera, dan inflasi bisa lebih terkendali," tambahnya.
Selain bawang merah, di beberapa daerah lain UPLAND juga mengembangkan berbagai komoditas lain seperti manggis, kopi, dan beras organik, bawang putih serta komoditas lain. Semua kualitas produk terus dikembangkan untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia baik di pasar domestik maupun internasional.
Rahmanto mengungkapkan, selain peningkatan produksi, program UPLAND juga bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani secara berkelanjutan.
"Kami harus memastikan agar petani mendapatkan pendapatan yang baik agar mereka tidak beralih ke komoditas lain. Salah satunya adalah dengan mengurangi biaya produksi melalui penyediaan mesin, pembangunan infrastruktur, serta dukungan untuk irigasi dan pemasaran," ujarnya.
Program pemasaran juga menjadi fokus utama, di mana petani diberikan pelatihan untuk menjual hasil pertanian mereka dengan harga yang lebih baik. "Produk yang meningkat harus dapat terjual dengan baik, sehingga kami melibatkan petani dalam menemukan pembeli yang tepat," katanya.
Peninjauan program UPLAND oleh tim IsDB, IFAD, dan Kementerian Pertanian
Menurut Rahmanto, keberhasilan program UPLAND dapat diukur melalui kualitas produk yang dihasilkan. Jika produk unggulan memiliki kualitas yang baik, maka akan lebih mudah untuk bersaing di pasar. "Dengan kualitas yang terjaga, produk kami bisa diterima dengan baik, baik di pasar nasional maupun internasional," katanya.
Malang menjadi salah satu daerah percontohan sukses program UPLAND, dengan bawang merah sebagai komoditas unggulannya. Namun, setiap daerah akan mendapatkan pendekatan yang berbeda sesuai dengan potensi dan kebutuhan lokal.
"Misalnya, di Tasikmalaya dan Magelang, kami fokus pada padi organik," ujar Rahmanto.
Country Director South East Asia and The Pacific, Sub Regional Office IFAD Hani A. Elsadani Salem menyatakan, proyek upland yang didanai oleh kolaborasi IFAD dan IsDB sebagai upaya meningkatkan ketahanan pangan dunia, terutama di Indonesia sekaligus mendukung beberapa komoditas utama pertanian.
"Ini komoditas untuk meningkatkan nilai ekonomi juga, dan ini merupakan pertanian terintegrasi di Indonesia yang membantu para petani miskin di pedesaan, untuk memperbaiki kualitas produksi dan produktivitas," kata Hani A. Elsadani Salem.
Sementara itu, Resident Representative and Director IsDB, Amer Bukvic menekankan potensi besar Indonesia dalam mengembangkan sumber daya alam yang kaya. Apalagi Indonesia juga ditunjang dengan sumber daya manusia (SDM) yang besar darı sisi para pemuda membuat negara Indonesia disebutnya potensial.
"Indonesia memiliki potensi yang besar, ketika saya masih muda dan belajar mengenai geografi Indonesia. Negara ini punya banyak sumber daya yang luar biasa," ucap Amer Bukvic.
Amer juga menegaskan, tujuan utama dari UPLAND Project adalah untuk mendukung ketahanan pangan Indonesia. Program ini juga berupaya untuk meningkatkan efisiensi dalam pemasaran produk pertanian, baik di tingkat lokal maupun internasional.
"Kami ingin mendukung pencapaian visi Indonesia Emas 2045," tukasnya.
Projek pertanian ini sendiri sudah berjalan tiga tahun terakhir sejak kerjasama antara IFAD, IsDB, dan pemerintah Indonesia berlangsung. Dimana total ada Rp 39 miliar dengan nilai Perjanjian Hibah Daerah (PHD), dan telah direalisasikan sebesar Rp 36 miliar sampai dengan tahu 2024 dengan persentase realisasi sebesar 93 persen.
Alokasi anggaran tersebut digunakan meliputi pembangunan infrastruktur pertanian mulai embung, jalan usaha tani, sarana irigasi, instalasi pipa, pengadaan alat, dan mesin pertanian, baik pra panen, panen, dan pasca panen. Termasuk di antaranya sarana prasarana produksi bawang merah, saprodi budidaya bawang merah.
ââââââ