Kenang Pidato Bung Karno, Pancasila Dinilai Solusi Tuntaskan Segala Persoalan Sosial

Kenang Pidato Bung Karno, Pancasila Dinilai Solusi Tuntaskan Segala Persoalan Sosial

Nasional | okezone | Rabu, 18 September 2024 - 23:38
share

JAKARTA Dewan Pakar Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Darmansyah Djumala menegaskan, bahwa Pancasila merupakan solusi segala persoalan sosial. Bukan hanya bagi Bangsa Indonesia, namun bagi masyarakat dunia secara universal.

Pidato Bung Karno di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1960 yang berjudul To Build the World Anew telah ditetapkan UNESCO sebagai Memory of The World. Ini berarti PBB mengakui bahwa Pancasila mengandung nilai-nilai universal yang dapat diadopsi, baik oleh PBB maupun negara lain, ujar Djumala dalam keterangan tertulis, Rabu (18/9/2024).

Menurut Djumala, nilai-nilai kebaikan yang terkandung dalam Pancasila akan tetap kokoh bertahan dari masa ke masa. Bahkan, menjadi sebuah kekuatan Bangsa Indonesia, termasuk bagi para diaspora di Jerman.

Dengan Pancasila, Bangsa Indonesia tetap utuh dan mampu bertahan dalam kesatuan meski terjadi dinamika politik dunia. Berakhirnya Perang Dingin pada 1991 telah meruntuhkan Uni Soviet dan Yugoslavia. Arab Spring pada 2011 membuat banyak negara-negara Arab Timur Tengah bubar dan dilanda perang saudara. Namun di tengah gejolak politik dunia itu, Indonesia tetap utuh dengan Pancasila dan NKRI-nya, imbuhnya.

Warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di Jerman Utara, khususnya pemuda yang belajar dan bekerja (ausbildung dan aupair) kerap mengalami depresi karena culture shock . Ditambah kurangnya sistem pendukung (support system) untuk membantu mereka menghadapi situasi berbeda dengan Tanah Air.

Setidaknya ada 6.655 WNI di wilayah kerja KJRI Hamburg yang harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Pasca-Covid-19 semakin membuat kehidupan di Jerman bergerak cepat yang berdampak pada kerekatan masyarakat dan perasaan kebangsaan menurun.

Djumala pun menguatkan para WNI agar selalu berpegang teguh kepada Pancasila agar saling bergotong royong dalam menyelesaikan berbagai persoalan selama tinggal di negara lain.

WNI di Hamburg diharapkan dapat selalu menjaga eksistensi Pancasila sebagai pedoman hidup yang menjadi citra diri. Di mana, Pancasila membuat mereka dihormati sebagai bangsa yang beretika dan dipandang positif oleh warga dan pemerintah Jerman.

Saat ini, ideologi Pancasila menghadapi ancaman dari ideologi transnasional. Masyarakat Indonesia di Hamburg dapat mewaspadai hal tersebut karena dapat menyebabkan keterbelahan sosial dan bisa mencederai citra masyarakat Indonesia di luar negeri, katanya.

BPIP menilai upaya perlu terus dilakukan dalam menjaga nilai-nili ideologis, termasuk bagi mereka yang berada di luar negeri. Apalagi, mereka yang berada di luar negeri sangat terekspose terhadap nilai-nilai baru yang belum tentu sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Bersama Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) dan KJRI Hamburg, Jerman, BPIP menjalin kerja sama strategis dalam acara Silaturahmi Kebangsaan yang diselenggarakan KJRI Hamburg, 11-13 September 2024. Kegiatan tersebut merupakan upaya pembinaan ideologi Pancasila terhadap WNI di wilayah kerja KJRI Hamburg.

Sementara itu, Wakil Ketua MPR RI, Ahmad Basarah mengajak masyarakat Indonesia di Braunschweig untuk menjaga persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia di tanah rantau. Tentunya, dengan selalui menghayati dan memegang teguh nilai-nilai Pancasila.

Pancasila adalah perjanjian luhur bangsa Indonesia yang sudah final dan tidak bisa diubah oleh siapapun dan sampai kapanpun. Bangsa Indonesia yang merdeka didirikan bukan karena atas pertimbagan mayoritas atau minoritas. Tapi bertujuan untuk mensejahterakan rakyat dan melindungi segenap tumpah darah Indonesia yang beraneka ragam suku, etnik, bahasa, budaya dan agama, ujarnya.

Masyarakat Indonesia yang berada di luar negeri juga harus mejaga keutuhan, persatuan dan kesatuan dengan menghormati perbedaan dan keberagaman. Peran KJRI Hamburg dan Perwakilan-Perwakilan Indonesia di luar negeri sangat diperlukan untuk mewujudkan hal tersebut.

Konjen KJRI Hamburg, Renata Siagian pun berharap pembinaan kepada para diaspora bisa terus dilakukan dalam memupuk ketahanan ideologi Pancasila di kalangan masyarakat Indonesia di luar negeri.

Kurangnya pemahaman terhadap budaya Indonesia menyebabkan mereka yang lahir di Jerman menjadi kurang peka terhadap isyarat sosial dari keluarga mereka sendiri, maupun ketika berinteraksi dengan keluarga di tanah air, kata Renata.

KJRI menerima masukan dari pertemuan yang dilakukan mengenai kepedulian orangtua yang menginginkan anak-anaknya dapat belajar Bahasa Indonesia. Selain itu, bisa mengenal budaya dan nilai-nilai bangsa Indonesia, tanpa menutup diri terhadap hal-hal positif yang juga bisa dipelajari di Jerman. Karena itu nilai-nilai tersebut perlu terus ditanamkan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di Jerman, pungkasnya.


Topik Menarik