Cerita Gayatri Nyaris Jadi Raja Majapahit
GAYATRI sebenarnya nyaris menjadi raja di Majapahit bilamana tak menolak permintaan Gajah Mada. Jabatan itu lantas diserahkan ke Tribhuwana Tunggadewi anaknya yang berkuasa di Majapahit. Pergantian tahta di Majapahit itu pasca Jayanagara berhasil dibunuh, usai sejumlah prahara di internal kerajaan.
Gayatri pun sempat mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Gajah Mada, yang telah memiliki pikiran untuk dirinya menggantikan Jayanagara, sebagai raja. Tapi bagi Gayatri, naiknya Tribhuwana Tunggadewi sebagai raja dianggap sebagai solusi, untuk menyenangkan hati para penduduk Kahuripan - Jiwana, tempat Tribhuwana saat menjadi penguasa di wilayah kekuasaan Majapahit.
Naik tahtanya Tribhuwana Tunggadewi juga membuat Gayatri sangat bahagia karena menyaksikan semua orang mendapat manfaat dari kerjasama antara penguasa yang diangkat dengan pasangannya nanti dalam berbagi masalah dan kesuksesan dalam mengelola pemerintahan.
Di sisi lain Gayatri pasca menolak jabatan raja, Prof. Slamet Muljana pada "Gayatri Rajapatni : Perempuan Dibalik Kejayaan Majapahit", sama sekali tak berniat menikah lagi. Padahal saat itu Gayatri masih cukup cantik dan mempesona beberapa laki-laki.
Tetapi sebagai penganut Buddhis, ia tak percaya bahwa para janda berkasta bangsawan harus terjun ke dalam api pembakaran jasad suaminya. Namun ia meyakini bahwa mereka pantas undur diri dari kehidupan duniawi.
Istri pendiri Majapahit ini pun memilih memangkas rambutnya dan menjadi seorang biksu Buddha. Ia pun tak lagi terlibat pada kehidupan di publik Majapahit kala itu. Namun ia tetap bisa diam-diam membawa putrinya serta cucu-cucunya menjalankan pemerintahan.
Perasaan bersalah Gayatri juga begitu besar. Pasalnya ia telah memerintahkan pembunuhan atas sang raja muda, kendati pun ia tidak melakukan demi keuntungan pribadi, dan memang ia tak ingin orang lain berpikir demikian, sebagaimana yang mungkin akan terjadi jika Gayatri mengambil alih tahta sendiri.
Tetapi ia tak pernah mengutarakan pertimbangan tersebut kepada Gajah Mada. Namun karena rasa hormat Gajah Mada terhadap Gayatri semakin besar dan mereka tetap bersahabat, Gajah Mada tampaknya juga mahfum.
Tribhuwana sempat diberi tahu ibunya tentang keputusan itu. Tetapi layaknya seorang putri yang lahir dari orang tua bangsawan Jawa, ia tetap menjaga sikap. Tribhuwana Tunggadewi gadis yang anggun, pandai membawa diri, ramah, dan tenang. Tingkah lakunya tak pernah gegabah dalam menampilkan perasaan suka cita maupun kekalutan yang tiba-tiba hadir dalam kehidupannya akibat kejadian di atas.
Tribhuwana akhirnya dilantik menjadi ratu dan upacara perkawinannya digelar sesuai dengan tampilan dan upacara tradisional yang megah. Gayatri pun lega karena pihak kerajaan maupun khalayak pada umumnya menyambut hangat pengangkatan sang ratu muda.