Ketegangan Memuncak, UNIFIL Tuduh Israel Langgar Gencatan Senjata di Lebanon

Ketegangan Memuncak, UNIFIL Tuduh Israel Langgar Gencatan Senjata di Lebanon

Nasional | kendari.inews.id | Senin, 6 Januari 2025 - 02:00
share

GAZA, iNewsKendari.id - Di bawah langit cerah Lebanon, ketegangan kembali mengusik ketenangan yang rapuh. Pasukan penjaga perdamaian PBB, dikenal sebagai UNIFIL, melontarkan tuduhan serius kepada Israel atas apa yang mereka sebut sebagai "pelanggaran mencolok" terhadap Resolusi Dewan Keamanan 2006. 

Resolusi ini adalah landasan gencatan senjata yang disepakati pada November lalu dengan kelompok Hizbullah.

Pernyataan ini muncul di tengah peringatan dari pemimpin Hizbullah, Naim Qassem. Ia menegaskan bahwa kesabaran mereka terhadap pelanggaran Israel mulai menipis, mengisyaratkan bahwa waktu 60 hari yang diberikan untuk pelaksanaan gencatan senjata mungkin tidak akan cukup.

Gencatan senjata yang berlaku sejak 27 November itu telah dirundung oleh tuduhan pelanggaran dari kedua belah pihak. Pagi itu, pasukan penjaga perdamaian menyaksikan dengan mata kepala sendiri, sebuah buldoser milik militer Israel menghancurkan tong biru penanda garis penarikan di Labbouneh, dan menara observasi milik Angkatan Bersenjata Lebanon, tak jauh dari posisi UNIFIL.

"Penghancuran ini merupakan pelanggaran mencolok terhadap Resolusi 1701 dan hukum internasional," tegas UNIFIL, seperti dilaporkan Al Arabiya. 

 

Mereka menyerukan kepada semua pihak untuk menahan diri dari tindakan yang dapat mengancam kedamaian yang baru mulai dirajut ini.

Dalam kerangka gencatan senjata, tentara Lebanon seharusnya ditempatkan bersama pasukan penjaga perdamaian di selatan, sementara tentara Israel menarik diri. Di sisi lain, Hizbullah berkomitmen menarik pasukannya ke utara Sungai Litani, membongkar infrastruktur militer yang tersisa di selatan.

Namun, situasi ini memasuki babak baru yang mengkhawatirkan. Pada akhir Desember, UNIFIL mengungkapkan kekhawatiran atas kerusakan berkelanjutan yang dilakukan oleh militer Israel di selatan Lebanon. Militer Israel, dalam serangan udara terbarunya, berdalih bahwa mereka bertindak untuk menghapus ancaman sesuai pemahaman gencatan senjata.

Naim Qassem mengingatkan bahwa Hizbullah, meskipun memilih bersabar, tidak akan menunggu selamanya. 

"Kami memberikan kesempatan untuk mencegah pelanggaran Israel dan melaksanakan perjanjian, namun kesabaran kami ada batasnya," ujarnya dengan tegas.

Kini, dunia menanti dengan cemas, berharap agar sinar perdamaian yang telah menyinari Lebanon tidak kembali redup. Kepemimpinan perlawanan menyatakan bahwa mereka akan menentukan kapan harus bersabar, kapan harus mengambil inisiatif, dan kapan harus merespons. Dalam suasana yang penuh ketidakpastian ini, semua pihak diharapkan dapat menjaga janji damai yang telah diukir.

Topik Menarik