Menerka Serangan Balasan Israel ke Iran, Targetkan Fasilitas Militer hingga Kilang Minyak

Menerka Serangan Balasan Israel ke Iran, Targetkan Fasilitas Militer hingga Kilang Minyak

Global | okezone | Sabtu, 5 Oktober 2024 - 10:40
share

WASHINGTON - Israel bersumpah akan membalas serangan rudal Iran pada Selasa (2/10/2024). Serangan tersebut melibatkan lebih dari 180 rudal balistik dan sebagian digagalkan sistem pertahanan udara Israel.

Amerika Serikat juga berkomitmen untuk membantu Israel membalas serangan Iran. Lalu, bagaimana cara Israel membalas serangan rudal balistik Iran? Berikut penjabarannya sebagaimana melansir Reuters, Sabtu (5/10/2024): 

Serang Instalasi Militer Iran

Beberapa analis percaya, Israel kemungkinan besar akan membalas dengan menargetkan instalasi militer Iran. Terutama instalasi militer yang memproduksi rudal balistik seperti yang digunakan dalam serangan pada Selasa. Israel juga dapat menghancurkan sistem pertahanan udara dan fasilitas peluncur rudal Iran.

Washington menuduh Teheran memasok rudal balistik jarak pendek ke Rusia untuk digunakan melawan Ukraina. Kedua negara membantah tuduhan tersebut. Analis mengatakan, itu akan dilihat sebagai tanggapan yang paling baik terhadap serangan Iran.

Serang Fasilitas Nuklir Iran 

Serangan terhadap fasilitas nuklir Iran dapat menunda kemampuan Teheran untuk memproduksi senjata nuklir. Program nuklir Iran tersebar di banyak lokasi, hanya beberapa di antaranya yang dibangun di bawah tanah.

Namun, serangan besar terhadap infrastruktur nuklirnya kemungkinan menimbulkan konsekuensi serius, termasuk kemungkinan Iran akan segera membangun senjata nuklir. Washington telah mengatakan tidak akan mendukung tindakan seperti itu oleh Israel.

Seorang pensiunan perwira Angkatan Darat AS, Richard Hooker, yang kini bertugas di Dewan Keamanan Nasional AS di bawah presiden Republik dan Demokrat, mengatakan kemungkinan besar Israel dapat menyerang fasilitas nuklir Iran tetapi bukan probabilitas. 

"Karena ketika Anda melakukan sesuatu seperti itu, Anda menempatkan kepemimpinan Iran dalam posisi untuk melakukan sesuatu yang cukup dramatis sebagai tanggapan," katanya.

Iran membantah pernah memiliki program senjata nuklir atau berencana untuk memilikinya. Pengawas nuklir PBB, IAEA, dan komunitas intelijen AS menyimpulkan bahwa Iran menjalankan program senjata nuklir terkoordinasi hingga 2003. Para ahli mengatakan, dengan gagalnya kesepakatan nuklir 2015, Iran dapat memproduksi cukup uranium tingkat senjata untuk membuat bom dalam hitungan minggu.

 

Serang Infrastruktur Minyak

Israel juga dapat menyerang industri minyak Iran, yang akan merugikan ekonominya. Serangan semacam itu dapat memicu Iran untuk menyerang fasilitas produksi minyak di Arab Saudi dan negara-negara Teluk Arab lainnya. Hal itu dapat membuat harga bahan bakar, yang selalu menjadi isu utama kampanye AS, melonjak sebelum warga Amerika memilih presiden dan Kongres baru dalam pemilihan umum 5 November.

"Saya tidak yakin bahwa (kenaikan harga minyak dunia-red) akan menahan Israel," kata mantan pejabat Departemen Pertahanan yang terlibat dalam kebijakan Teluk, David Des Roches.

David yang sekarang bekerja di Pusat Timur Dekat-Asia Selatan Universitas Pertahanan Nasional AS itu mengatakan, Israel mungkin melihat kenaikan harga minyak dunia sebagai keuntungan bagi kampanye pemilihan kembali mantan Presiden Donald Trump.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu baru-baru ini lebih berpihak pada Partai Republik Trump daripada pada Partai Demokrat.

Opsi Ekonomi dan Siber 

Respons militer dianggap paling mungkin, tetapi ada opsi yang tidak melibatkan serangan rudal atau serangan komando.

Presiden AS Joe Biden mengatakan ia akan menjatuhkan sanksi lebih banyak pada Iran. Sanksi Washington terhadap Iran telah melarang hampir semua perdagangan AS dengan negara itu, memblokir aset pemerintahnya di AS, serta melarang bantuan asing dan penjualan senjata AS.

Analis mengatakan Israel juga dapat menggunakan kemampuan perang sibernya untuk menanggapi serangan Iran.

Serangan pager massal Israel baru-baru ini terhadap Hizbullah di Lebanon mengalihkan perhatian pada Unit 8200 yang dirahasiakan, unit intelijen dan perang siber spesialis Pasukan Pertahanan Israel. Menurut sumber keamanan Barat, mereka terlibat dalam perencanaan operasi tersebut.
 

Topik Menarik