Mengapa Trump Menginginkan Greenland dan Apakah AS Mungkin Mendapatkannya?
JAKARTA - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump kembali memicu polemik setelah menyatakan keinginannya menjadikan Greenland bagian dari Negeri Paman Sam. Meski menuai kontroversi, gagasan ini bukan pertama kali ia lontarkan, pasalnya pada 2019, Trump pernah mengajukan tawaran membeli pulau tersebut dari Denmark, tetapi ditolak mentah-mentah. Kini, ia membuka kemungkinan menggunakan kekuatan ekonomi atau militer untuk merealisasikan ambisinya.
“Greenland adalah tempat yang luar biasa, dan masyarakat akan memperoleh manfaat yang luar biasa jika, dan ketika, tempat ini menjadi bagian dari Negara kita," kata Trump dalam sebuah unggahan Truth Social pada Senin, (5/1/2025).
"Ini adalah kesepakatan yang harus terjadi," kata Trump pada Selasa, (6/1/2025) saat putranya, Donald Trump Jr., melakukan kunjungan pribadi ke Greenland.
Mengapa Trump Menginginkan Greenland?
Greenland, wilayah semi-otonom Denmark, memainkan peran strategis dalam peta geopolitik dunia. Letaknya yang dekat dengan jalur lintas Arktik membuat pulau ini sangat penting bagi militer dan sistem pertahanan Amerika Serikat. Militer AS mempertahankan kehadiran permanen di pangkalan udara Pituffik di barat laut Greenland. Pangkalan Udara Pituffik yang berada di barat laut Greenland menjadi kunci bagi jaringan radar pertahanan AS, termasuk peringatan dini terhadap ancaman rudal balistik.
Amerika Serikat telah menyatakan minatnya untuk memperluas kehadiran militernya, termasuk menempatkan radar di sana untuk memantau perairan antara pulau tersebut, Islandia, dan Inggris, yang merupakan pintu gerbang bagi kapal angkatan laut Rusia dan kapal selam nuklir.
Greenland secara geografis merupakan bagian dari benua Amerika Utara, dan sangat penting bagi Amerika Serikat untuk mencegah kekuatan besar lainnya membangun pijakan di pulau tersebut, menurut Ulrik Pram Gad, peneliti senior dan pakar Greenland di Institut Studi Internasional Denmark.
Pulau tersebut, yang ibu kotanya Nuuk lebih dekat ke New York daripada ibu kota Denmark, Kopenhagen, memiliki kekayaan mineral, minyak, dan gas alam, tetapi pembangunannya lambat.
Selain itu, Greenland memiliki cadangan mineral yang melimpah. Survei pada 2023 mengidentifikasi bahwa pulau ini mengandung 25 dari 34 "bahan baku penting" menurut Uni Eropa, termasuk litium dan grafit, yang vital untuk baterai kendaraan listrik. Namun, potensi ekonominya terkendala oleh larangan eksplorasi minyak dan gas serta tantangan birokrasi.
Greenland telah melarang ekstraksi minyak dan gas alam karena alasan lingkungan, dan pengembangan sektor pertambangannya telah terhambat oleh birokrasi dan penentangan dari penduduk asli.
Hal ini membuat perekonomian Greenland bergantung pada perikanan, yang mencakup lebih dari 95 ekspor, dan subsidi tahunan dari Denmark, yang mencakup sekitar setengah dari anggaran publik. Secara total, Denmark menghabiskan kurang dari $1 miliar setiap tahun di Greenland.
Siapa yang Memiliki Greenland? Dan Apakah Trump Bisa Membelinya?
Greenland telah menjadi bagian dari Denmark selama lebih dari 600 tahun tetapi sekarang mengendalikan sebagian besar urusan dalam negerinya sendiri sebagai wilayah semi-berdaulat di bawah Kerajaan Denmark.
Wilayah ini menjadi wilayah resmi Denmark pada 1953 dan tunduk pada konstitusi Denmark, yang berarti setiap perubahan pada status hukumnya akan memerlukan amandemen konstitusional.
Pada 2009, pulau itu diberikan otonomi pemerintahan sendiri yang luas, termasuk hak untuk mendeklarasikan kemerdekaan dari Denmark melalui referendum.
Perdana Menteri Greenland Mute Egede, yang telah meningkatkan upayanya untuk kemerdekaan, telah berulang kali mengatakan bahwa pulau itu tidak untuk dijual dan terserah kepada rakyatnya untuk menentukan masa depan mereka.
Egede mengadakan pembicaraan di Kopenhagen pada Rabu, (7/1/2025) dengan Raja Frederik yang kemungkinan akan didominasi oleh pernyataan terbaru Trump.
Pada 2019, Greenland dan Denmark menolak tawaran Trump untuk membeli pulau tersebut.
Ketika Greenland masih menjadi koloni, AS di bawah Presiden Harry Truman berusaha membeli pulau itu sebagai aset strategis selama Perang Dingin seharga USD100 juta dalam bentuk emas, tetapi Kopenhagen menolak untuk menjualnya.
Apa yang Terjadi Jika Greenland Merdeka?
Jika Greenland merdeka, ia dapat memilih untuk bergabung dengan Amerika Serikat.
Meskipun sebagian besar rakyat Greenland menginginkan kemerdekaan, hanya sedikit yang menganggap kemerdekaan penuh dapat dicapai mengingat ketergantungan ekonomi mereka pada Denmark, yang merupakan bagian dari Uni Eropa yang makmur.
Salah satu pilihannya adalah membentuk apa yang disebut pakta "asosiasi bebas" dengan Amerika Serikat, serupa dengan status negara kepulauan Pasifik seperti Kepulauan Marshall, Mikronesia, dan Palau.
"Greenland berbicara tentang kemerdekaan dari Denmark, tetapi tidak ada warga Greenland yang ingin beralih begitu saja ke penjajah baru," kata Ulrik Pram Gad, peneliti senior dan pakar Greenland. Ia merasa tidak mungkin Greenland akan memilih kemerdekaan tanpa menjamin kesejahteraan penduduknya.
Apa yang Greenland Inginkan?
Mayoritas penduduk Greenland mendukung kemerdekaan, tetapi terbagi atas waktu dan dampak potensial terhadap standar hidup.
Politisi Greenland sejak 2019 berulang kali mengatakan mereka tertarik untuk memperkuat kerja sama dan perdagangan dengan Amerika Serikat.
Namun, Aaja Chemnitz, anggota parlemen Denmark dari Greenland, mengatakan gagasan pengambilalihan AS harus ditolak dengan tegas.
"Saya tidak ingin menjadi pion dalam mimpi Trump untuk memperluas wilayah kekuasaannya hingga mencakup negara kita," tulisnya.
Bagaimana Pandangan Denmark?
Minat baru Trump terhadap Greenland ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara wilayah otonom tersebut dengan Denmark, menyusul terungkapnya pelanggaran sejarah oleh mantan penguasa kolonial tersebut.
Tawaran Trump pada 2019 untuk membeli pulau itu ditolak mentah-mentah oleh Denmark, sekutu dekat NATO Amerika Serikat, dan dicap "tidak masuk akal" oleh Perdana Menteri Mette Frederiksen.
Ketika ditanya tentang minat baru Trump pada Selasa, Frederiksen berkata: "Kita memerlukan kerja sama yang sangat erat dengan Amerika."
Ia menambahkan: "Di sisi lain, saya ingin mendorong semua orang untuk menghormati bahwa Greenland adalah suatu bangsa, ini adalah negara mereka, dan hanya Greenland yang dapat menentukan dan mendefinisikan masa depan Greenland."