Menag Nasaruddin Dorong Kurikulum Berbasis Cinta sebagai Landasan Pendidikan Islam

Menag Nasaruddin Dorong Kurikulum Berbasis Cinta sebagai Landasan Pendidikan Islam

Nasional | okezone | Selasa, 30 Desember 2025 - 20:49
share

JAKARTA – Kementerian Agama mendorong penerapan Kurikulum Berbasis Cinta sebagai landasan pendidikan Islam di masa depan. Pasalnya, kurikulum bukan sekadar perangkat akademik, namun instrumen strategis pembentuk peradaban.

Demikian disampaikan Menteri Agama Nasaruddin Umar dalam Review and Design on Islamic Education Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Tahun 2025 di Jakarta, Selasa (30/12/2025).

“Umat seperti apa yang akan lahir di masa depan sangat ditentukan oleh kurikulum yang kita rancang hari ini,” ujar Nasaruddin.

Menurutnya, kurikulum pendidikan Islam ke depan harus mengarah pada lima transformasi utama. Pertama, pergeseran dari teologi yang bersifat maskulin dan konfrontatif menuju teologi yang nurturing, merawat, dan penuh kasih.

‘’Kedua, transformasi dari orientasi formalitas hukum menuju orientasi nilai dan substansi. Keberagamaan yang terlalu formal berisiko kehilangan dimensi cinta dan empati sosial,’’ujarnya.

Sementara yang ketiga, perubahan paradigma dari antroposentrisme menuju ekoteologi, yakni kesadaran bahwa manusia hidup berdampingan dengan alam, bukan sebagai penguasa yang eksploitatif.

‘’Keempat, transformasi pola pikir dari atomistik menuju holistik, agar pendidikan mampu melahirkan peserta didik yang melihat keterhubungan antar realitas, bukan terjebak pada fragmentasi,’’ujarnya.

Sedangkan yang kelima, pergeseran dari religiousness menuju religious mindedness, yakni menjadikan agama sebagai kompas moral yang membebaskan dan mendorong kreativitas, bukan sebagai batasan yang mengekang.

“Pendidikan tanpa cinta kehilangan ruhnya. Agama seharusnya membebaskan manusia untuk berkreasi dan berkontribusi bagi peradaban,”ujarnya.

 

Nasaruddin juga menekankan pentingnya kontribusi Kementerian Agama dalam merumuskan konsep pendidikan Pancasila yang berakar pada Ketuhanan Yang Maha Esa.

Oleh karena itu, dia menolak dikotomi antara pendidikan agama dan pendidikan umum, seraya mencontohkan kejayaan Baitul Hikmah pada masa peradaban Islam klasik.

“Pendidikan umum harus memiliki fondasi nilai keagamaan, sehingga tidak melahirkan manusia sekuler, tetapi tetap profesional dan berintegritas,” ujarnya.

Dia mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk bekerja secara konseptual dan kontekstual dalam menyempurnakan kurikulum pendidikan Islam.

“Kurikulum cinta adalah proses berkelanjutan untuk melahirkan insan kamil yang beriman, berilmu, dan berkeadaban,” pungkasnya.

Topik Menarik