Taiwan Tuding Kapal China Dalang Kerusakan Kabel Internet Bawah Laut
Taiwan menduga satu kapal yang terhubung ke daratan China telah merusak kabel internet bawah laut di lepas pantai utara pulau itu.
Tudingan itu diungkap dalam laporan media lokal dan Financial Times (FT).
Penjaga Pantai wilayah China yang diperintah sendiri itu melaporkan pada hari Sabtu bahwa kabel yang menghubungkan China dan negara-negara Asia Timur lainnya ke Amerika Serikat melalui dasar laut Samudra Pasifik telah rusak pada hari Jumat di lepas pantai pelabuhan Keelung.
“Kerusakan itu disebabkan oleh kapal kargo terdaftar Kamerun SHUNXIN39 yang melewati perairan itu," ungkap pernyataan Penjaga Pantai Taiwan.
Meskipun kapal itu berlayar di bawah bendera Kamerun, kapal itu dimiliki Jie Yang Trading Limited, perusahaan terdaftar di Hong Kong yang direkturnya adalah warga negara China daratan, FT telah melaporkan, mengutip pejabat Taiwan.
Petugas Penjaga Pantai tidak dapat menaiki kapal karena cuaca buruk, atau menahannya. “Kapal itu diperintahkan kembali ke perairan di sekitar Pelabuhan Keelung untuk penyelidikan,” papar pernyataan itu.
Menurut FT, kapal itu kemudian diinstruksikan menuju Korea Selatan (Korsel), dengan Taipei meminta bantuan Seoul dalam menyelidiki SHUNXIN39.
Trans-Pacific Express adalah kabel telekomunikasi bawah laut yang menghubungkan China, Korea Selatan, Taiwan, Jepang, dan Amerika Serikat.
Penyedia layanan Taiwan Chunghwa Telecom, yang merupakan bagian dari konsorsium internasional yang memiliki kabel itu, mengatakan mereka dapat mengalihkan lalu lintas dan layanan terus berlanjut tanpa gangguan.
Beijing belum mengomentari masalah itu.
Taiwan telah mengalami banyak insiden kerusakan yang disebabkan kabel telekomunikasi bawah lautnya dalam beberapa tahun terakhir, tanpa dapat mengidentifikasi secara pasti sumber serangan yang diduga, Politico mencatat pada hari Minggu.
Taipei khawatir Beijing dapat secara diam-diam memutus hubungan komunikasi eksternal Taiwan dalam setiap upaya potensial untuk reunifikasi, laporan FT mencatat.
Pemerintahan sendiri didirikan di Taiwan oleh pasukan nasionalis setelah kekalahan mereka dalam Perang Saudara China pada tahun 1949.
Hanya segelintir negara yang saat ini mengakui kedaulatan pulau itu, dengan sebagian besar dunia, termasuk Rusia, melihatnya sebagai bagian dari Republik Rakyat China.
AS secara resmi mengakui Taiwan sebagai bagian dari China, meskipun pada saat yang sama terlibat dalam kerja sama militer dengan pemerintah di Taipei.
Bulan lalu, Presiden AS Joe Biden mengesahkan USD571 juta dalam bentuk senjata dan perlengkapan untuk pulau yang memerintah sendiri itu.
Presiden China Xi Jinping baru-baru ini mengatakan tidak seorang pun dapat menghentikan tren historis penyatuan kembali nasional.
Beijing mengadakan latihan militer skala besar di sekitar pulau itu pada bulan Oktober. Pemerintah di Taipei telah mengklaim Beijing tidak akan pernah "menolak penggunaan kekuatan" terhadapnya.
Beijing lebih memilih penyatuan kembali secara damai dengan Taipei, duta besar China untuk Rusia Zhang Hanhui mengatakan dalam wawancara pekan lalu. Sentimen itu sebelumnya diungkapkan Xi Jinping.