TikTok Terancam, Jutaan Pengguna di AS Ungkapkan Rasa Kekhawatirannya
Aplikasi TikTok dihapus dari toko aplikasi utama di Amerika Serikat (AS) Sabtu malam pada (18/1/2025).
Para pembuat konten yang mengantisipasi perubahan ini telah membanjiri platform dengan ucapan perpisahan yang emosional, penghormatan yang penuh nostalgia, dan menyatakan kekhawatiran atas hilangnya ruang yang telah membentuk budaya daring dan melambungkan karier mereka.
Sebuah unggahan menyayat hati dari Emily Senn, seorang penyanyi dengan 347.600 pengikut, menggemakan ketidakpastian yang dihadapi para kreator.
"Saya tidak akan pernah percaya lagi kepada Anda (pemerintah AS) karena Anda baru saja merampas sumber pendapatan dan penghidupan jutaan orang. Siapa yang tega melakukan hal seperti itu?" katanya emosional dalam unggahan TikTok yang viral.
Respons emosionalnya mencerminkan kekhawatiran di kalangan pembuat konten yang membangun karier dan komunitas mereka di platform tersebut.
Bagi sebagian orang, TikTok lebih dari sekadar hiburan.
Penyanyi Charlie Puth menyentuh emosi pengguna dengan membawakan lagu eksplosifnya See You Again, yang sering dikaitkan dengan putus cinta.
Sementara itu, penyanyi Victoria Paris, dengan 1,9 juta pengikut, menyatakan kekecewaannya karena platformnya ditutup sebelum dia dapat mencapai kesuksesan besar.
"Semuanya menyakitkan," katanya kepada pengikutnya dalam sebuah posting beberapa jam yang lalu.
Pada catatan yang lebih positif, penyanyi Doechii juga memberikan harapan kepada para pengikutnya.
"Kami bertahan setelah Vine, Anda pun akan bertahan," katanya, mengacu pada aplikasi media sosial populer yang ditutup pada tahun 2017 karena tantangan dalam menghasilkan pendapatan dan mempertahankan kreator.
Ia juga mengumumkan bahwa ia sekarang berada di platform alternatif, RedNote, dan mendorong pengikutnya untuk pindah ke sana.
RedNote, aplikasi media sosial China, telah muncul sebagai alternatif populer bagi pengguna TikTok. Banyak kreator termasuk Doechii mendesak pengikut untuk bergabung dengan mereka di sana.
TikTok memperingatkan bahwa pada hari Jumat, layanan akan "dihentikan pada tanggal 19 Januari" tanpa jaminan dari pemerintahan Presiden Joe Biden. Namun, pemerintah mengatakan keputusan akhir akan dibuat oleh Presiden terpilih Donald Trump.
Pada hari Sabtu, Trump mengatakan kepada NBC News bahwa ia "kemungkinan besar" akan memberi TikTok tambahan waktu 90 hari sebelum larangan tersebut berlaku setelah ia menjabat pada hari Senin.
Selama TikTok absen sementara di Amerika Serikat, para kreator dan pengguna terus berbagi pesan perpisahan, mengenang bagaimana platform tersebut membangun koneksi komunitas.