PTPN 1 Regional 4 Bedah Buku Harapan Baru Industri Gula Nasional

PTPN 1 Regional 4 Bedah Buku Harapan Baru Industri Gula Nasional

Ekonomi | surabaya.inews.id | Selasa, 24 Desember 2024 - 10:10
share

SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Peringatan satu tahun transformasi PT Perkebunan Nusantara I (PTPN I) Regional 4 berlangsung semarak. Beragam rangkaian kegiatan, bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI), PTPN I Regional 4 telah menggelar donor darah serta PTPN 1 Regional 4 juga menggelar bedah buku 'Harapan Baru Industri Gula Nasional' pada Senin (23/12). 

Kegiatan bertajuk “Setetes Darah Sejuta Jiwa Terselamatkan” tersebut dibuka langsung oleh Region Head PTPN I Regional 4, Subagiyo. Subagiyo menegaskan bahwa PTPN I Regional 4 melalui Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), terus berkomitmen untuk mendukung pemerintah dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs), termasuk pada pilar Nomor 3 ‘Kehidupan Sehat dan Sejahtera’.

“Kegiatan hari ini merupakan bagian dari kegiatan TJSL PTPN I Regional 4 dan ini merupakan wujud dari komitmen kami terhadap SDGs pada pilar kesehatan. Kami melihat bahwa kebutuhan darah secara nasional hari ini masih jauh dari angka ideal. Maka semoga melalui kegiatan hari ini dan ke depannya, kita semakin bisa memberikan yang terbaik untuk masyarakat sekitar,” terang Subagiyo dalam sambutannya.

Stok darah di Unit Donor Darah (UDD) PMI saat ini diketahui baru mencapai 103 ribu kantong darah. Sementara menurut World Health Organization (WHO), angka ideal kebutuhan darah di Indonesia setidaknya harus terpenuhi sebesar 5,5 juta kantong.

Perwakilan Unit Donor Darah (UDD) PMI Kabupaten Bangkalan, Juliananda pun menyatakan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan sosial donor darah tersebut.

“Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada PTPN I Regional 4 yang telah mengadakan kegiatan kemanusiaan ini. Tentu hal ini akan bermanfaat terhadap pemenuhan stok darah bagi masyarakat,” ujarnya.

 

Penyelenggaraan donor darah kali ini diikuti oleh 150 orang pendonor darah, dengan rincian 57 orang merupakan karyawan dan 93 merupakan masyarakat umum. Sebelum melakukan proses transfusi darah, para peserta telah menjalani serangkaian proses pemeriksaan kesehatan meliputi pemeriksaan fisik, tekanan darah dan riwayat kesehatan sebelumnya.

Kegiatan kemudian diikuti dengan bakti sosial berupa pembagian 150 paket sembako kepada masyarakat yang diserahkan secara simbolis oleh Region Head PTPN I Regional 4, Subagiyo.
Sebagai rangkaian puncak acara peringatan satu tahun transformasi, PTPN I Regional 4 juga menggelar launching dan bedah buku Harapan Baru Industri Gula Nasional yang ditulis langsung oleh Region Head PTPN I Regional 4, Subagiyo.

Peluncuran dan bedah buku tersebut digelar dengan turut menghadirkan pakar dan akademisi yaitu Lutfil Hakim, Ketua PWI Jawa Timur dan Prof. Dr. Imron Mawardi, S.P., M.Si, Guru Besar dan Pengamat Ekonomi Universitas Airlangga (Unair) sebagai panelis.
Buku Harapan Baru Industri Gula Nasional merupakan hasil refleksi dari pengalaman Subagiyo selama 25 tahun berkarier di sektor agribisnis khususnya dalam industri gula. 

Dalam karyanya, Subagiyo mengulas kejayaan industri gula Nusantara dan berbagai tantangan yang kini dihadapi industri gula tanah air.

“Jika kita cermati dalam fakta sejarah, industri gula Indonesia mampu membangkitkan perekonomian Belanda yang sempat goyah pasca adanya Perang Jawa atau Perang Diponegoro. Bahkan, di tahun 1940, produksi gula Nusantara kala itu berada di angka 18 ton gula/Ha sehingga mampu menjadikan Indonesia sebagai salah satu pelaku eksportir gula di dunia,” jelas Subagiyo.

Sementara per tahun 2022, diketahui Indonesia justru menjadi salah satu negara importir gula tertinggi. Dari total kebutuhan gula nasional sebesar 7,3 juta ton yang terdiri dari 3,2 juta ton gula konsumsi dan 4,1 juta ton gula industri, produksi gula nasional masih berada di angka 2,35 juta ton.

Menurut Subagiyo, disparitas tersebut terjadi akibat industri gula nasional harus menghadapi sejumlah tantangan dalam beberapa tahun terakhir seperti iklim dan cuaca yang tidak menentu, turunnya produktivitas akibat kurangnya lahan perkebunan tebu, hingga stagnansi investasi teknologi perkebunan dan pabrik gula.

“Melalui buku ini, tentu saya berharap dapat mendorong langkah-langkah strategis baik bagi pelaku industri gula maupun pemangku kebijakan di dalamnya untuk mendukung ketahanan serta kemandirian pangan khususnya gula di Indonesia” pungkas Subagiyo.

Melalui ekstraksi pemikirannya, Subagiyo juga menyoroti perihal kebijakan impor dan penetapan harga gula yang dinilai kurang menguntungkan bagi para pelaku industri dan petani. Untuk itu, pihaknya menegaskan komitmen dukungannya terhadap pemusatan industri gula milik pemerintah yang saat ini di bawah PT Sinergi Gula Nusantara (PT SGN) sebagai salah satu instrumen kebijakan dalam rangka akselerasi swasembada gula nasional.

“Konsep industri gula masa depan untuk mencapai swasembada itu tertuang secara komprehensif dengan segala dinamika dan persoalannya dalam buku ini baik secara aspek on-farm, off-farm, Sumber Daya Manusia maupun dalam hal  kebijakan,” ungkap Prof. Dr. Imron Mawardi, S.P., M.Si.

Sejalan dengan pandangan Prof. Dr. Imron Mawardi, S.P., M.Si, Lutfil Hakim pun berharap gagasan penulis dapat menjadi referensi pengambilan kebijakan pemerintah untuk mendukung Asta Cita Pemerintahan Prabowo-Gibran khususnya dalam mendorong kemandirian pangan dan energi.

“Saya kira buku ini akan dapat menjadi catatan referensi dan ke depan menjadi spirit bagaimana yang diimpikan Kabinet Merah Putih melalui Asta Cita itu bisa benar-benar terwujud,” ujar Lutfil Hakim.

Topik Menarik