Kemenkes Sebut dr Aulia Kerap Dipalak Senior, Ini Kata Guru Besar FK Undip

Kemenkes Sebut dr Aulia Kerap Dipalak Senior, Ini Kata Guru Besar FK Undip

Terkini | inews | Senin, 2 September 2024 - 21:20
share

SEMARANG, iNews.id – Guru Besar Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro (Undip) Prof Zainal Muttaqin angkat bicara merespons pernyataan Kemenkes yang menyebutkan dokter PPDS Undip almarhumah dr Aulia Risma Lestari (ARL) dipalak seniornya puluhan juta rupiah.

Dia menyebut almarhumah semasa di PPDS Undip memang ditugasi sebagai pengelola iuran dari teman-teman seangkatannya. Uangnya digunakan untuk makan mahasiswa PPDS Anestesi.  

“(Almarhum) Risma kebetulan pengelola, penanggungjawab angkatan, mengumpulkan uang sebesar Rp30 juta per bulan dari teman-temannya (seangkatan) bukan untuk seniornya, tetapi untuk uang makan mereka sendiri,” kata Prof Zainal, Senin (2/9/2024).

Dia menjelaskan, uang puluhan juta rupiah itu merupakan iuran mahasiswa semester pertama. Mereka iuran Rp3juta per bulan selama 1 semester. Dia menyebut penerimaan PPDS FK Undip dilakukan tiap semester, bukan setiap tahun.

“Jadi mereka yang semester 1 iuran, ada 10 sampai 12 orang. Tiap bulan Rp3juta, untuk biaya makan 84 orang, itu hanya dilakukan selama 1 semester atau 6 bulan. Satu angkatan (yang iuran) bukan per orang,” katanya.

Teknis pengumpulan seperti itu untuk membeli kebutuhan makan, sebutnya, dokter residen memiliki jadwal yang sangat padat. Tidak semuanya bisa istirahat di waktu yang bersamaan.  

“Uang mereka kelola sendiri kok, bukan dikelola senior atau departemennya. Itu kesepakatan tiap bagian akan berbeda, karena siklus kerja tiap departemen tidak sama. Nanti kalau mereka sudah tahun kedua, tidak lagi, giliran tahun pertama. Mereka mendapatkan uang yang mereka tabung itu,” katanya.  

Prof Zainal menyayangkan pernyataan Kemenkes soal dr ARL ini dipalak puluhan juta seniornya itu. Namun demikian, dia tak menampik masih ada perilaku bullying.

“Bullying bukan nggak ada, bullying itu ada, itu perilaku yang salah sampai mungkin jadi pidana bagi seorang individu (pelakunya). Tapi bukan perilaku institusi,” ungkap dia.

Dia menyayangkan penutupan PPDS FK Undip di RSUP Kariadi oleh Kemenkes.

“Ini tidak menyelesaikan masalah, tetapi menimbulkan masalah baru, pendidikan terhambat padahal kita butuh banyak dokter spesialis,” ujarnya.

Diketahui, rentetan kejadian ini bermula ketika ada seorang dokter yang juga mahasiswa PPDS Anestesi FK Undip dr. Aulia Risma Lestari ditemukan meninggal dunia di kosnya di Kota Semarang, 12 Agustus 2024 malam. Polisi menemukan sejumlah bukti, di antaranya dugaan perundungan yang dialaminya.

Beberapa warganet juga merespons dengan memberikan beberapa informasi di media sosial seputar kejadian itu hingga apa yang terjadi di RSUP dr Kariadi – PPDS Anestesi FK Undip.

Topik Menarik