Ini Alasan Kuat Elon Musk Sebut Singapura Akan Hilang dari Muka Bumi

Ini Alasan Kuat Elon Musk Sebut Singapura Akan Hilang dari Muka Bumi

Terkini | sindonews | Minggu, 8 Desember 2024 - 18:43
share

Orang terkaya di dunia, Elon Musk mengklaim Singapura akan menghilang bersama beberapa negara lainnya karena rendahnya angka kelahiran.

Seperti dilansir The New Paper, Musk menulis tentang hal itu di platform X-nya kemarin.

Tulisannya menjadi bagian dari diskusi mengenai penurunan angka kesuburan di Singapura yang mencatat rekor terendah sebesar 0,97 anak per wanita pada tahun 2023.

Pernyataan Musk ini merupakan respons terhadap pesan yang menimbulkan kekhawatiran terhadap populasi menua di banyak negara.

Postingan miliarder ini telah dilihat lebih dari 41 juta kali. Hal tersebut memicu perdebatan sengit di kalangan netizen Singapura.

Beberapa di antaranya menyatakan pendapat Musk tidak boleh dianggap serius.

Namun sebagian warganet mengamini hal tersebut karena tingkat kesuburan tidak berkelanjutan dalam jangka panjang.

Kesuburan Singapura Turun

Singapura telah menyaksikan penurunan signifikan dalam Angka Kesuburan Total (TFR) selama tiga dekade terakhir.

Pada tahun 2023, TFR penduduk negara tersebut turun ke titik terendah sepanjang sejarah yaitu 0,97 atau pertama kalinya turun di bawah 1,0.

Ini berarti, rata-rata, setiap wanita memiliki kurang dari satu anak. Penyebab utama penurunan ini terletak pada pergeseran norma sosial.

Menurut data pemerintah Singapura, semakin banyak wanita di usia subur (25-34 tahun) yang memilih untuk tetap melajang.

Selain itu, tingkat kesuburan perkawinan untuk wanita berusia 20-an telah mengalami penurunan yang nyata, yang berkontribusi terhadap sekitar 32 dari keseluruhan penurunan TFR.

Dari tahun 1990 hingga 2005, tingkat kesuburan perkawinan di antara wanita berusia 25-34 tahun menurun tajam, meskipun sedikit pemulihan diamati pada tahun 2023.

Robot untuk Menyelamatkan?

Meskipun tren kesuburan mengkhawatirkan, kemajuan teknologi Singapura dapat membantu mengurangi dampak demografis, menurut artikel Newsweek, yang dikutip Mario Nawfal.

Negara-kota ini menempati peringkat kedua secara global dalam kepadatan robot, dengan 770 robot industri per 10.000 pekerja, menurut Federasi Robotika Internasional.

Keunggulan teknologi ini memungkinkan Singapura mengimbangi kekurangan tenaga kerjanya, terutama mengingat biaya tenaga kerjanya yang tinggi dan basis manufaktur yang kecil.

Musk, yang juga CEO Tesla, perusahaan yang berinvestasi besar dalam robot humanoid yang dirancang untuk melakukan tugas berulang dan berbahaya, tampak optimis tentang peran robotika dalam mengatasi tantangan tersebut.

Netizen Bereaksi terhadap Komentar Elon Musk

Komentar Musk dan tren demografi Singapura telah memicu berbagai reaksi daring. Sementara beberapa netizen menekankan kebijakan imigrasi Singapura yang kuat sebagai penyangga terhadap penurunan populasi, yang lain menyoroti masalah sosial dan ekonomi yang lebih dalam yang mendasari rendahnya angka kelahiran.

Netizen yang lain menunjuk pada faktor sosial dan ekonomi yang berkontribusi terhadap keengganan memiliki anak.

Meningkatnya biaya hidup, gaya hidup pas-pasan, dan kekhawatiran tentang stabilitas keuangan sering disebut sebagai hambatan untuk memulai atau memperluas keluarga.

Beban untuk memastikan masa depan yang aman bagi anak-anak di dunia yang semakin kompetitif tampaknya sangat membebani banyak individu.

Perjuangan Singapura dengan angka kelahiran yang rendah mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh banyak negara maju.

Penurunan angka kelahiran mengancam pertumbuhan ekonomi jangka panjang, stabilitas sosial, dan keberlanjutan tenaga kerja.

Netizen lain mengatakan Singapura tengah berjuang menghadapi biaya hidup yang meroket, dengan biaya perumahan yang melonjak ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Karena kebutuhan dasar seperti tempat tinggal dan bahan makanan semakin tidak terjangkau, banyak penduduk menunda atau menghindari untuk memulai keluarga sama sekali.

Tren ini menyoroti dampak sosial yang mendalam dari ketidakstabilan keuangan, yang menyebabkan penurunan angka kelahiran dan tantangan demografi jangka panjang, menurut netizen tersebut.

Netizen itu juga menambahkan, situasi tersebut menjadi kisah peringatan bagi Amerika Serikat, di mana masalah keterjangkauan serupa muncul.

Topik Menarik