Benarkah Menulis Itu Menyembuhkan? Ini Paparan Okky Madasari
PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id -Penulis sekaligus sosiolog Okky Madasari menjadi pembicara dalam pelatihan menulis bertajuk Writing is Healing, Writing is Protecting di Auditorium Fisip Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) pada Sabtu (7/12/2024). Kegiatan ini terselenggara atas kerja sama Yayasan Nalar Naluri Nurani, Unsoed, dan OM Institute.
Benarkah menulis itu sarana untuk penyembuhan? "Kata-kata itu senjata. Menulis itu membangun kesadaran, menulis itu bisa untuk mengkritik dan melawan. Menulis itu menyembuhkan. Menulis itu juga sarana memperoleh perlindungan dan keadilan,"ujar Okky.
Dia menekankan bahwa ada kekuatan kata-kata dalam menghadapi emosi dan situasi sulit. "Pernahkah teman-teman merasa galau, lalu mencari kutipan di media sosial? Terkadang, sebuah kutipan saja bisa membuat kita merasa lebih kuat. Ini contoh nyata bagaimana kata memiliki kekuatan yang mampu menguatkan," ujarnya.
Okky juga menyoroti bagaimana menulis dapat menjadi alat perlindungan terhadap ketidakadilan. Ia berbagi cerita tentang Ayu, seorang santri dari Jombang yang menjadi saksi kekerasan seksual di pesantren. Ayu awalnya diancam dengan Undang-Undang ITE, namun melalui kelas menulis yang diikuti, ia mampu menyusun tulisan sederhana berisi kesaksian dalam bentuk feature opini.
Tulisan tersebut menjadi awal pengungkapan kasus kekerasan seksual di pesantren Jawa Timur yang selama ini tertutup rapat oleh jaringan kekuasaan pelaku. Kasus tersebut akhirnya mendapatkan perhatian publik dan pelaku dijatuhi hukuman penjara setelah viral di media sosial.
"Sejarahnya dimulai dari tulisan sederhana Ayu. Dengan kemampuan menulis, ia berhasil memecah kebisuan dan memperjuangkan keadilan," tutur Okky.
Okky juga membagikan kisah seorang dosen dari Palembang yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Setelah mengikuti program pelatihan menulis, dosen tersebut menjadikan menulis fiksi sebagai sarana terapi.
"Cerpen-cerpennya sangat bagus. Ia terus menulis hingga berhasil menjadi salah satu juara dalam ajang menulis bergengsi. Kini, ia memulai karier baru sebagai penulis, menemukan identitas dan prestasi baru," jelas Okky.
Ia menegaskan bahwa menulis bisa menjadi pilihan produktif bagi perempuan, termasuk yang memilih untuk tetap di rumah. Dengan menulis, perempuan dapat tetap memiliki eksistensi dan peran bermakna dalam masyarakat.
Rahmawati Wulansari, akademisi Unsoed dan psikolog, juga menegaskan manfaat menulis sebagai terapi penyembuhan. Menurutnya, menulis dapat membantu pasien yang mengalami Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) atau trauma akibat kejadian yang menyakitkan.
"Menulis sangat efektif untuk membantu korban kekerasan seksual atau trauma lainnya yang kesulitan berbicara. Dengan menulis, mereka dapat mengekspresikan perasaan dan menemukan jalan keluar," ujarnya.
Di penghujung acara, Ketua Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) Unsoed, Tri Wuryaningsih, memberikan penghargaan kepada mahasiswa pemenang lomba menulis puisi, esai, dan poster bertema anti-kekerasan seksual.
Melalui workshop ini, para peserta diajak tidak hanya untuk memahami pentingnya menulis sebagai media penyembuhan, tetapi juga untuk memanfaatkannya sebagai senjata perlindungan terhadap ketidakadilan.
Kampanye Writing is Healing, Writing is Protecting terus digalakkan Okky bersama berbagai komunitas dan lembaga demi menciptakan masyarakat yang lebih sadar dan peduli terhadap isu-isu kemanusiaan.