Aktivitas Gunung Raung Meningkat, Badan Geologi: Terjadi 61 Kali Gempa Hembusan
JAKARTA - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan aktivitas Gunung Raung di Jawa Timur mengalami peningkatan. Tercatat, selama periode 1 hingga 15 Desember 2024 mengalami 61 kali gempa hembusan.
Gunung Raung yang menjadi gunungapi aktif di Jawa Timur itu kini masih berada pada tingkat aktivitas Level II (Waspada) sejak 19 Desember 2023 dengan rekomendasi agar tidak beraktivitas pada radius 3 km dari kawah atau puncak.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid mengatakan dari hasil pengamatan visual periode 1 hingga 15 Desember 2024, Gunung Raung terlihat jelas hingga tertutup kabut. Saat cuaca cerah, teramati hembusan gas berwarna putih dengan intensitas tipis, sedang hingga tebal dengan tinggi sekitar 50-500 meter dari puncak. Dari warna hembusan gas menunjukkan dominan uap air, tidak ada material batuan/abu yang terbawa ke permukaan.
Aktivis KOBAR Gelar Pertemuan dengan Lurah se-Kecamatan Taktakan Desak Penyelesaian Program PTSL
“Rekaman kegempaan selama periode yang sama terdiri dari 61 kali gempa Hembusan, 3 kali gempa Vulkanik Dangkal, 4 kali gempa Tektonik Lokal, 27 kali gempa Tektonik Jauh, dan 15 kali gempa Tremor Menerus dengan amplitudo 0.5-13 mm, dominan 2.5 mm,” ujar Wafid dalam keterangan resmi yang diterima, Selasa (17/12/2024).
Sementara itu, pada 16 dan 17 Desember 2024 Badan Geologi mencatat terjadinya kenaikkan amplitudo Getaran Tremor menjadi maksimal 17 mm, dengan nilai dominan 2.5 mm, seiring dengan kenaikan grafik RSAM (Realtime seismic amplitude measurement) yang mencerminkan energi gempa.
“Kenaikkan energi gempa ini tidak disertai dengan anomali visual, yaitu hanya teramati hembusan gas dari arah kawah atau puncak, berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi maksimal 300 m dari atas puncak,” papar Wafid.
Wafid pun memastikan peningkatan aktivitas kegempaan Gunung Raung adalah hal yang wajar, mengingat tingkat aktivitas Gunung Raung saat ini adalah Level II (Waspada) dengan aktivitas fluktuatif dan potensi terjadi erupsi sewaktu-waktu.
Dia mengatakan potensi bahaya Gunung Raung yang mungkin terjadi saat ini berupa akumulasi gas vulkanik konsentrasi tinggi di dasar kawah. Erupsi Gunung Raung menurut catatan sejarah menghasilkan aliran piroklastik, jatuhan piroklastik dan aliran lava andesitik sampai basaltik.
“Sedangkan saat tidak terjadi erupsi, aktivitas hanya berupa hembusan gas di dasar kawah. Erupsi pada tahun 2015 merupakan perselingan antara erupsi eksplosif (strombolian) dengan efusif yang berupa aliran lava. Sebagai hasilnya terbentuk kerucut sinder di dalam kawah serta aliran-aliran lava yang membanjiri dasar kawah. Erupsi terakhir pada Juli 2022 menghasilkan kolom erupsi setinggi 1500 m dari atas puncak,” ujarnya.
Wafid mengimbau sehubungan dengan peningkatan kegempaan Gunung Raung, masyarakat agar mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi serta tidak terpancing oleh berita-berita yang tidak benar dan tidak bertanggung jawab mengenai aktivitas Gunung Raung.