5 Fakta Terbaru Gencatan Senjata Israel-Hamas: Para Menteri Radikal Tak Rela Perang Berhenti

5 Fakta Terbaru Gencatan Senjata Israel-Hamas: Para Menteri Radikal Tak Rela Perang Berhenti

Terkini | inews | Jum'at, 17 Januari 2025 - 08:14
share

JAKARTA, iNews.id - Fakta-fakta terbaru gencatan senjata Israel-Hamas penting diketahui. Pemerintah Qatar mengumumkan gencatan senjata Israel-Hamas pada Rabu (15/1/2025) malam wakti setempat.

Meski demikian gencatan senjata selama 6 pekan atau 42 hari itu baru berlaku efektif pada Minggu (19/1/2025) atau sehari sebelum pelantikan Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS).

Fakta-Fakta Gencatan Senjata Israel-Hamas

1. Israel Bersiap Tarik Pasukan dari Perbatasan Mesir

Militer Israel mulai mempersiapkan penarikan pasukan dari Koridor Philadelphi di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir terkait kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas. 

"Pertemuan dan penilaian situasi digelar di Komando Selatan militer Israel sebagai persiapan untuk penarikan pasukan secara bertahap dari Jalur Gaza begitu perjanjian gencatan senjata berlaku," demikian laporan stasiun televisi Israel, Kan.

Hal senada disampaikan seorang sumber pejabat keamanan Israel, pasukan yang ditempatkan di sepanjang perbatasan Rafah segera ditarik begitu perjanjian berlaku.

Namun tak seluruh tentara Zionis ditarik dari Koridor Philadelphi, melainkan sebagian saja. Penarikan mulai dilaksanakan beberapa hari setelah perjanjian berlaku.

Selain itu militer Zionis juga akan membangun zona penyangga di sepanjang perbatasan dengan Jalur Gaza. Semua bangunan di sepanjang zona penyangga telah dihancurkan, yakni di area selebar lebih 1 km.

2. Israel Bunuh Hampir 100 Warga Gaza Pasca-Pengumuman Gencatan Senjata

Israel terus membombardir Gaza sejak pengumuman kesepakatan gencatan senjata pada Rabu malam. Sedikitnya 100 warga Gaza tewas dalam serangan di sekitar 50 titik tersebut. Dari jumlah itu, sedikitnya 25 di antaranya adalah perempuan 21 anak-anak.

Kantor berita Wafa, mengutip data resmi dari otoritas kesehatan, melaporkan korban tewas akibat serangan tersebut hingga Jumat (17/1/2025) lebih dari 90 orang.

Gaza Utara menjadi area yang menjadi target serangan masif pasukan Zionis dalam 24 jam terakhir. Satu dari beberapa serangan tersebut, yakni di Jabalia, menewaskan sedikitnya 20 orang sekaligus.

Selain itu petugas pertahanan sipil masih mencari korban yang tertimbun reuntuhan bangunan.

3. Menteri-Menteri Radikal Israel Ancam Mundur

Fakta-fakta terbaru lainnya , beberapa menteri sayap kanan radikal Israel mengancam mundur dari kabinet serta menarik dukungannya dari koalisi pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. 

Pertama, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir, sebelum pengumuman gencatan senjata oleh Qatar, sudah mewanti-wanti akan menyerahkan jabatannya. Dia menegaskan Israel harus melanjutkan serangan militer di Gaza sampai Hamas menyerah.

Setelah itu, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich mengungkapkan ancaman serupa. 

"Syarat yang jelas bagi kita untuk tetap berada di pemerintahan adalah kepastian mutlak untuk kembali berperang," kata politikus sayap kanan jauh itu.

Dia mengklaim perang harus dilanjutkan demi melenyapkan Hamas. 

Selanjutnya giliran Menteri Urusan Diaspora dan Pemberantasan Antisemitisme Israel Amichai Chikli yang mengancam mundur. Dia menolak penarikan tentara Israel diri Koridor Philadelphi, jalur di perbatasan Gaza-Mesir yang membentang 14 km.

Netanyahu akan menggelar sidang kabinet pada Jumat untuk melakukan pemungutan suara guna menyetujui kesepakatan gencatan senjata tersebut. Sidang ditunda dari seharusnya pada Kamis kemarin.

4. Partai Netanyahu Likud Sebut Gencatan Senjata Bukan Akhir dari Perang Gaza

Partai berkuasa Israel yang dipimpin Perdana Menteri Netanyahu, Likud, membantah kesepakatan gencatan senjata merupakan akhir dari perang melawan Hamas di Gaza.

“Bertentangan dengan komentar (Menteri Keamanan Nasional) Ben Gvir, kesepakatan yang ada memungkinkan Israel untuk kembali berperang dengan jaminan Amerika," bunyi pernyataan.

5. Organiasi Islam Terbesar AS Puji Donald Trump

Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) memuji Donald Trump, presiden AS terpilih terkait kesepakatan gencatan senjata di Gaza. Padahal organisasi Islam terbesar di AS itu memiliki sejarah panjang dalam advokasi dan perlawanan hukum terhadap Trump.

“Kami menyambut baik kesepakatan gencatan senjata yang telah lama tertunda ini, yang seharusnya (bisa) ditekan oleh Presiden Biden kepada Netanyahu lebih dari setahun yang lalu, ketimbang mendanai begitu banyak kematian dan kehancuran yang tidak perlu,” kata Direktur Eksekutif CAIR, Nihad Awad.

Dia menambahkan, Trump telah berhasil mendesak Netanyahu untuk mau menyepakati gencatan senjata. Padahal dalam beberapa putaran pembicaraan gencatan senjata sebelumnya, Netanyahu selalu menolak.

"(Trump) Dilaporkan memperingatkan Netanyahu bahwa Israel juga akan terkena konsekuensi karena terus menolak kesepakatan,” ujarnya.

Topik Menarik