Harga Minyak Mentah Bisa Meroket 20 Dolar AS jika Fasilitas Produksi Iran Terganggu

Harga Minyak Mentah Bisa Meroket 20 Dolar AS jika Fasilitas Produksi Iran Terganggu

Ekonomi | inews | Senin, 7 Oktober 2024 - 11:58
share

NEW YORK, iNews.id - Goldman Sachs memprediksi harga minyak mentah bisa melonjak 20 dolar AS per barel jika produksi Iran terganggu akibat ketegangan Timur Tengah makin memanas. Pada perdagangan minggu lalu, Brent naik lebih dari 8 persen, sementara West Texas Intermediate (WTI) meningkat 9,1 persen.

Mengutip CNBC International, kenaikan harga komoditas tersebut karena kekhawatiran Israel dapat menyerang fasilitas produksi minyak Iran sebagai balasan atas serangan rudal Teheran pada pekan lalu. 

"Jika Anda melihat penurunan berkelanjutan sebesar 1 juta barel per hari dalam produksi Iran, maka Anda akan melihat peningkatan puncak harga minyak tahun depan sekitar 20 dolar AS per barel," ucap Kepala Penelitian Komoditas Global Goldman Sachs, Daan Struyven dikutip, Senin (7/10/2024).

Struyven menambahkan, kenaikan ini dengan asumsi bahwa produksi minyak OPEC+ masih menahan diri untuk tidak meningkatkan produksinya. 

"Jika anggota utama OPEC+ seperti Arab Saudi dan UEA mengimbangi sebagian kekurangan produksi, pasar minyak dapat mengalami peningkatan yang lebih kecil, yakni sedikit di bawah 10 dolar AS per barel," katanya.

Sejak konflik Israel-Hamas dimulai pada 7 Oktober tahun lalu, terjadi gangguan terbatas pada pasar minyak, dengan harga tetap tertekan karena peningkatan produksi dari AS dan permintaan yang lesu dari China.

Namun, sentimen dapat berubah karena harga minyak mentah AS baru saja mengalami kenaikan untuk sesi ketiga berturut-turut setelah Iran meluncurkan serangan rudal balistik ke Israel. Dalam beberapa hari terakhir, pengamat industri telah membunyikan alarm, memperingatkan adanya ancaman nyata terhadap pasokan minyak.

Iran, yang merupakan anggota OPEC, merupakan pemain kunci di pasar minyak global. Negara ini memproduksi hampir 4 juta barel minyak per hari, dan diperkirakan 4 persen dari pasokan dunia dapat terancam jika infrastruktur minyak Iran menjadi target Israel. 

Sementara, Analis Energi senior di MST Marquee, Saul Kavonic menuturkan, Pulau Kharg Iran, yang bertanggung jawab atas 90 persen ekspor minyak mentah negara itu, berpotensi menjadi sasaran serangan balasan.

"Kekhawatiran yang lebih besar adalah ini merupakan awal yang jauh lebih dekat dari konflik yang lebih luas yang dapat memengaruhi transit melalui Selat Hormuz," kata Kavonic.

Jika Israel menyerang industri minyak Iran, gangguan pasokan di Selat Hormuz akan menjadi perhatian.

Sebelumnya, Iran mengancam akan mengganggu jalur pengiriman melalui Selat Hormuz jika sektor minyaknya terkena dampak.

Badan Informasi Energi AS mencatat, selat antara Oman dan Iran merupakan jalur penting yang dilalui sekitar seperlima dari produksi minyak harian dunia. Jalur air yang penting secara strategis ini menghubungkan produsen minyak mentah di Timur Tengah dengan pasar global utama.

Meskipun beberapa analis industri percaya bahwa OPEC+ memiliki kapasitas cadangan yang cukup untuk mengkompensasi gangguan ekspor Iran jika Israel menargetkan infrastruktur minyaknya, kapasitas cadangan minyak dunia sebagian besar masih terkonsentrasi di Timur Tengah, terutama di antara negara-negara Teluk. 

Topik Menarik