Penurunan Harga Tiket Pesawat Masih Digodok, Menhub: Mohon Bersabar

Penurunan Harga Tiket Pesawat Masih Digodok, Menhub: Mohon Bersabar

Ekonomi | inews | Jum'at, 22 November 2024 - 18:02
share

JAKARTA, iNews.id - Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi menyebut pihaknya masih melakukan finalisasi mengenai penurunan harga tiket pesawat saat Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025. Dia memastikan harapan masyarakat terkait penurunan harga tiket akan diakomodir.

“Baik, bisa kami sampaikan bahwa harapan masyarakat didengar oleh pemerintah. Namun demikian kami akan menghitung dengan cermat, dengan memperhatikan semua stakeholder yang terlibat dalam penentuan harga tiket,” ujar Dudy di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Jumat (22/11/2024).

Dudy menegaskan, saat ini masih dilakukan perhitungan, sehingga akan memberikan kejelasan kepada masyarakat tentang harga tiket pesawat pada saat Nataru.

“Namun demikian harapan kami bahwa perhitungan ini dapat memberikan kejelasan juga buat masyarakat, apakah kami bisa menaikan atau menurunkan harga tiket,” ucapnya.

Dudy juga meminta masyarakat untuk bersabar karena jajaran Kemenhub saat ini masih melakukan finalisasi. 

“Tapi kami mohon bersabar karena tim sedang melakukan finalisasi,” tuturnya.

Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto telah meminta jajarannya untuk menurunkan harga tiket pesawat sebelum libur Nataru. 

"Kemarin Pak Presiden minta pokoknya Nataru sudah harus ada penurunan (harga tiket pesawat), bagaimanapun upayanya," ujar Direktur Pemasaran Pariwisata Nusantara, Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Dwi Marhen Yono, Sabtu (16/11/2024).

Dwi menambahkan, tingginya harga pesawat disebabkan oleh ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran atau ketersediaan pesawat itu sendiri. 

Adapun, permintaan penerbangan dinilai sudah kembali seperti sebelum pandemi, sedangkan ketersediaan pesawat masih belum pulih.

"Memang ada faktor jumlah pesawat kita belum normal jumlahnya, kemarin Pak Erick (Menteri BUMN) sudah memerintahkan ke jajaran untuk menambah pesawat, bukan kendala uang, tapi kendala indent di perusahaan pabriknya," katanya.

Topik Menarik