Rupiah Hari Ini Loyo, Ditutup ke Level Rp15.140 per Dolar AS
JAKARTA, iNews.id - Nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan hari ini kembali ditutup melemah 15 poin atau 0,10 persen ke level Rp15.140. Sebelumnya rupiah sempat berada di Rp15.125 per dolar AS.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS menguat dipengaruhi pasar akan menunggu untuk mendengar dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell untuk petunjuk tentang kecepatan pelonggaran moneter bank sentral, dan tujuh pembuat kebijakan Fed lainnya akan berbicara minggu ini.
“Juga akan dirilis data tentang lowongan pekerjaan dan perekrutan swasta, bersama dengan survei ISM tentang manufaktur dan jasa. Dengan Fed dan bank sentral utama lainnya yang mulai melonggarkan kebijakan, pemulihan ekonomi mungkin akan segera terjadi,” tulis Ibrahim dalam risetnya, Senin (30/9/2024).
Ia pun memprediksi mata uang rupiah untuk perdagangan berikutnya bergerak fluktuatif. Namun, kembali ditutup menguat di rentang Rp15.080 - Rp15.160 per dolar AS.
Selain itu, konflik Timur Tengah kembali memanas setelah Israel meningkatkan serangannya terhadap kelompok militan Hizbullah dan Houthi yang didukung Iran.
Israel mengatakan telah mengebom target Houthi di Yaman pada hari Minggu, memperluas konfrontasinya dengan sekutu Iran dua hari setelah membunuh pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah dalam konflik yang meningkat di Lebanon.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin telah mengizinkan militer untuk memperkuat kehadirannya di Timur Tengah, dengan Pentagon mengatakan pada hari Minggu bahwa jika Iran, mitranya, atau proksinya menargetkan personel atau kepentingan AS, Washington "akan mengambil setiap tindakan yang diperlukan untuk membela rakyat kami".
Selain itu, Aktivitas manufaktur Tiongkok atau China menyusut tajam pada September 2024 karena pesanan baru di dalam dan luar negeri merosot, menurunkan kepercayaan pemilik pabrik ke rekor terendah.
Melambatnya manufaktur tiongkok ini tercermin dari indeks PMI manufaktur Caixin/S&P Global China yang anjlok menjadi 49,3 pada September 2024, dari 50,4 di bulan sebelumnya. Angka ini meleset dari perkiraan analis dalam jajak pendapat Reuters sebesar 50,5. Angka tersebut menandai yang terendah sejak Juli tahun lalu.
Dari sentimen domestik, pasar mendukung wacana pemerintah melakukan penarikan utang di awal (prefunding) untuk membiayai APBN 2025 atau anggaran tahun pertama pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Sedangkan prefunding tersebut dilakukan melalui surat berharga negara (SBN) valuta asing (valas), bukan SBN rupiah.
Sebelumnya, wacana pemerintah melakukan prefunding APBN 2025 diungkapkan oleh Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Riko Amir. Likuiditas asing akan sangat membantu menutup gap alias celah kebutuhan investasi jangka panjang.
Apalagi, bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed telah menurunkan suku bunganya hingga 50 basis point (bps) pada medio September lalu. Dan kemungkinan The Fed kembali turunkan suku bunganya dua kali lagi dengan penurunan minimal 50 bps.
Dengan penurunan suku bunga, diharapkan dana deposit di AS akan mengalir ke luar dan sangat berpotensi mengalir masuk ke pasar berkembang seperti Indonesia. Meski demikian, agar pemerintah memilih waktu yang pas ketika terbitkan SBN untuk prefunding APBN 2025 tersebut.