Soekarno Merasa Presiden Paling Melarat hingga Pinjam Uang ke Ajudan

Soekarno Merasa Presiden Paling Melarat hingga Pinjam Uang ke Ajudan

Berita Utama | okezone | Jum'at, 18 Oktober 2024 - 07:00
share

JAKARTA - Presiden pertama  RI Soekarno yang kerap terlihat flamboyan dalam penampilannya ternyata tak seperti kenyataannya. Di balik karisma dan suaranya yang lantang saat berpidato, Soekarno merasa sebagai presiden termiskin di dunia.

Bahkan, dari segi ekonomi, ia jauh dari gambaran seorang penguasa yang berlimpah harta. Dalam buku Fatmawati Sukarno, The First Lady, Roso Daras menyebutkan bahwa Soekarno mungkin adalah salah satu presiden termiskin di dunia. Sepanjang hidupnya, ia hanya memiliki satu rumah pribadi di Batutulis, Bogor.

Soekarno pernah mengungkapkan kepada Cindy Adams, seorang penulis, betapa sulit kondisi ekonominya saat menjabat sebagai kepala negara. Ia bahkan sering kali harus meminjam uang dari ajudannya untuk kebutuhan sehari-hari. 

"Dan, adakah kepala negara lain yang lebih melarat dari aku, dan sering meminjam-minjam (uang) dari ajudannya?"

Meski tinggal di Istana Negara, itu adalah milik negara, bukan milik pribadinya. Ironisnya, setelah ia lengser, satu-satunya rumah pribadinya di Batutulis disita oleh Sekretariat Negara tanpa alasan yang jelas.

"Sedangkan rumah Batu Tulis pun, selengsernya Bung Karno langsung disita Sekretariat Negara. Aneh. Entah atas dasar apa, rumah milik pribadi Bung Karno satu-satunya itu diambil oleh negara. Bahkan, Gubernur DKI Ali Sadikin, pernah memberi sebuah rumah dan sebidang tanah untuk tinggal keluarga Sukarno," tulis Roso.

 

Saat ia diasingkan oleh rezim Orde Baru, harta pribadi milik Bung Karno yang ditinggalkan di istana hanya sebatas didata, namun barangnya hilang entah ke mana.

Sejak kecil, Soekarno sudah terbiasa hidup dalam kemiskinan. Ia menceritakan bahwa ia tumbuh besar tanpa kemewahan, tidak pernah memiliki sepatu, mandi tanpa fasilitas air yang layak, dan makan tanpa sendok dan garpu. 

"Aku tidak mengenal sendok dan garpu. Ketiadaan yang keterlaluan demikian ini dapat menyebabkan hati kecil di dalam menjadi sedih,” ungkap Bung Karno, dikutip Cindy Adams dalam buku "Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia" (1965).

Penghasilan ayahnya, Soekemi, hanya cukup untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan membayar sewa rumah. Kondisi ini semakin sulit ketika keluarganya pindah ke Mojokerto saat Soekarno berusia enam tahun, di mana mereka hidup di lingkungan miskin.

Ketika Lebaran tiba, Soekarno kecil tidak pernah merasakan kemewahan seperti teman-temannya. Ia bahkan tidak punya uang untuk membeli petasan, sementara anak-anak lain bersuka ria. Perasaan ini, kata Soekarno, membuat hatinya remuk, bertanya-tanya mengapa semua teman-temannya bisa membeli petasan seharga satu sen, sementara ia tidak.

Setelah tidak lagi menjabat sebagai presiden, anak-anak Soekarno pun tidak mewarisi harta berlimpah. Guntur, putra sulungnya, harus berhenti sekolah dan membantu ibunya, Fatmawati, untuk memenuhi kebutuhan keluarga. 

"Guntur dipaksa berhenti sekolah, dan bekerja membantu ibunya. Mega, Rachma, Sukma hidup bersama suaminya. Mereka masih sering berkumpul di rumah ibunya, di Jl. Sriwijaya 26, Jakarta Selatan," ujar Roso.

 

Fatmawati sendiri hidup dalam kesederhanaan, jauh dari kemewahan. Meski pernah menjadi ibu negara, ia tidak mendapatkan tunjangan apapun hingga sembilan tahun setelah Soekarno meninggal.

"Manakala hujan turun deras, air masuk karena atap yang bocor. Beberapa bagian langit-langit rumahnya bahkan tampak rapuh dan rusak. Sebagai janda presiden, Fatmawati tidak menerima tunjangan barang sepeser. Ia, baru menerima tunjangan resmi pada Juni 1979, sembilan tahun setelah kematian Sukarno," kata Roso.

Pada 1972, karena kesulitan finansial, Fatmawati harus mengontrakkan rumahnya di Jalan Sriwijaya. Uang kontrakan itu digunakan, antara lain, untuk membiayai pendidikan Guruh di Belanda. 

Fatmawati kemudian tinggal bersama ibunya di sebuah rumah sederhana di Jalan Cilandak V, Jakarta Selatan, tidak jauh dari lokasi yang sekarang menjadi Rumah Sakit Fatmawati.
 

Topik Menarik