6 Tokoh Calon Pimpinan Hamas Pengganti Yahya Sinwar, Nomor 4 Sangat Ditakuti Israel

6 Tokoh Calon Pimpinan Hamas Pengganti Yahya Sinwar, Nomor 4 Sangat Ditakuti Israel

Global | okezone | Jum'at, 18 Oktober 2024 - 09:58
share

GAZA – Pemimpin Hamas Yahya Sinwar terbunuh dalam serangan di Jalur Gaza selatan pada Rabu, (16/10/2024), menurut klaim militer Israel. Tentara pendudukan mengatakan pada Kamis, (17/10/2024) bahwa jasad pria berusia 61 tahun itu telah diidentifikasi melalui catatan sidik jari dan gigi yang didapat saat dia mendekam di penjara Israel, namun sejauh ini Hamas belum memberikan komentarnya.

Jika terkonfirmasi, kematian Sinwar menimbulkan pertanyaan mengenai masa depan perang di Gaza, terutama terkait siapa yang akan menggantikannya sebagai pemimpin Hamas. Sinwar sendiri dipilih sebagai pemimpin Hamas setelah pendahulunya, Ismail Haniyeh dibunuh Israel dalam serangan di Teheran, Iran.

Sinwar dipandang sebagai tokoh yang tak kenal kompromi dan keras dalam menghadapi pendudukan Israel di Gaza dan Palestina. Sikap ini juga ditunjukkannya dalam upaya menengahi gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera antara Israel dengan Hamas.

Kematian Sinwar, jika terbukti, memunculkan potensi baru dalam pembicaraaan terkait kedua isu tersebut. Namun, itu bergantung pada siapa yang akan dipilih Hamas untuk menggantikan Sinwar.

Berikut beberapa tokoh Hamas yang menjadi kandidat utama untuk menjadi pengganti Sinwar, sebagaimana dilansir The Hill:

  1. Mahmoud al-Zahar

Mahmoud al-Zahar adalah pendiri dan anggota senior Hamas, yang dianggap “hawkish” dan “konservatif secara sosial” bahkan menurut standar kelompok militan tersebut, menurut Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa.

Ia terpilih menjadi anggota Dewan Legislatif Palestina (PLC) pada 2006 dan ditunjuk sebagai menteri luar negeri pertama kelompok tersebut setelah kemenangan Hamas dalam pemilu di tahun yang sama. Dia dilaporkan selamat dari upaya pembunuhan yang dilakukan Israel pada 1992 dan 2003.

Reuters melaporkan bahwa dia tidak membuat pernyataan atau penampilan publik sejak 7 Oktober.

Al-Zahar sebelumnya bekerja sebagai dokter di Gaza dan mendirikan badan amal medis.

  1. Mohammed Sinwar

Saudara laki-laki Yahya, Mohammed Sinwar, juga menjadi salah satu calon pemimpin Hamas selanjutnya. Jika terpilih sebagai pemimpin Hamas, Mohammed Sinwar kemungkinan akan memiliki pendekatan yang sama dengan Yahya terkait perundingan gencatan senjata.

Pejabat Amerika Serikat (AS) menyebut Mohammed sebagai “orang yang sama” dengan Yahya, dan negosiasi gencatan senjata akan “gagal total” jika dia terpilih.

 

  1. Mousa Abu Marzouk

Mousa Abu Marzourk membantu menciptakan cabang Ikhwanul Muslimin Palestina yang kemudian membentuk Hamas, menurut Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa. Dia tetap menjadi anggota biro politik utama.

Pada tahun 90an, sebagai kepala biro politik Hamas, Israel menuduhnya mendanai dan membantu mengatur serangan teroris, menurut laporan The New York Times.

Dia setuju untuk melepaskan status penduduk tetap di AS. dan tidak menentang tuduhan terorisme setelah menghabiskan hampir dua tahun di penjara Manhattan pada 1990an. AS kemudian mendeportasinya ke Yordania.

  1. Muhammad Deif

Tidak jelas apakah Mohammed Deif masih hidup. Militer Israel mengatakan Deif tewas dalam serangan udara awal tahun ini, namun seorang pejabat tinggi Hamas mengatakan kepada The Associated Press pada Agustus bahwa dia masih hidup.

Sebagai anggota pendiri dan komandan sayap militer Hamas Brigade Izz al-Din al-Qassam sejak 2002, Deif diyakini sebagai dalang serangan 7 Oktober bersama Sinwar, menurut laporan Reuters. Dia adalah salah satu tokoh Hamas yang sangat ditakuti oleh Israel.

Mantan penasihat kontraterorisme Departemen Luar Negeri AS menggambarkan Deif sebagai “pejabat Hamas garis keras” yang memiliki hubungan dekat dengan para komandan tertinggi, menurut laporan BBC pada 2021.

Deif juga berjasa merancang salah satu senjata utama Hamas, roket Qassam, dan jaringan terowongan di bawah Gaza, menurut BBC.

  1. Khalil al-Hayya

Khalil al-Hayya adalah anggota biro politik Hamas yang berbasis di Qatar dan menjadi negosiator utama dalam diskusi gencatan senjata di Doha. Al-Hayya, yang saat ini tinggal di Qatar merupakan calon pengganti Sinwar yang “ideal” bagi AS dan Israel, karena perannya yang mapan dalam perundingan gencatan senjata.

Dia adalah tokoh utama dalam merundingkan perjanjian gencatan senjata dengan Israel selama perang Gaza tahun 2014, menurut Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa.

Associated Press melaporkan pada Agustus bahwa al-Hayya juga dipandang sebagai calon penerus mantan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, yang terbunuh awal tahun ini. Peran itu jatuh ke tangan Sinwar.

Al-Hayya mengatakan pada April bahwa Hamas akan meletakkan senjatanya, berubah menjadi partai politik dan menyetujui gencatan senjata selama lima tahun jika negara Palestina merdeka didirikan di sepanjang perbatasan sebelum tahun 1967, menurut The Associated Press.

Pemimpin Hamas ini selamat dari serangan udara di rumahnya di Gaza pada 2007, yang menewaskan anggota keluarganya.

 

  1. Khaled Mashal

Khaled Mashal adalah pemimpin Hamas secara keseluruhan selama lebih dari satu dekade mulai 2006, serta mantan pemimpin biro politiknya.

Namun, Mashal dinilai bukan pilihan utama yang tepat sebagai pengganti Sinwar mengingat dukungannya di masa lalu terhadap pemberontakan melawan Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang menyebabkan keretakan dengan Iran, menurut CNN.

Mashal, yang saat ini tinggal di Qatar, selamat dari upaya pembunuhan terhadapnya di akhir tahun 90an.

Dalam wawancara dengan Reuters awal bulan ini, Mashal mengatakan bahwa kehilangan pemimpin adalah hal yang biasa bagi Hamas dan menegaskan bahwa kelompok itu akan selalu bangkit.

“Sejarah Palestina terbuat dari siklus,” kata pria berusia 68 tahun itu. “Kita melalui fase di mana kita kehilangan martir dan kehilangan sebagian kemampuan militer kita, tapi kemudian semangat Palestina bangkit kembali, seperti burung phoenix, Alhamdulillah.”

Siapapun yang nantinya akan menggantikan Yahya Sinwar sebagai pemimpin Hamas, perang kelompok tersebut dengan Israel kemungkinan masih belum akan berakhir. 

Topik Menarik