Data: 53,7 Masyarakat Indonesia Tidak Pernah Melakukan SADARI, Ini Alasannya

Data: 53,7 Masyarakat Indonesia Tidak Pernah Melakukan SADARI, Ini Alasannya

Berita Utama | okezone | Rabu, 30 Oktober 2024 - 13:36
share

World Health Organization (WHO) memperkirakan 2,3 juta perempuan didiagnosis kanker payudara pada 2022 dengan angka kematian 670.000 kasus. 

Sementara itu, GLOBOCAN 2022 mencatat kanker payudara sebagai kanker terbanyak pada perempuan Indonesia dengan 66.271 kasus atau 30,1, dengan jumlah kematian sebanyak 22.598 atau 9,3. Angka ini menempatkan kanker payudara sebagai jenis kanker paling mematikan di Indonesia.

Dokter ahli kanker dari RS Kanker Dharmais, Prof dr Noorwati Sutandyo, SpPD-KHOM, mengatakan rendahnya kesadaran untuk melakukan deteksi dini turut memicu tingginya angka kematian akibat kanker payudara. 

Menurut riset Penyakit Tidak Menular (PTM) pada 2016 menunjukkan 53,7 masyarakat Indonesia tidak pernah melakukan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri). Padahal SADARI satu metode paling sederhana untuk mendeteksi benjolan dan ketidaknormalan yang mengindikasikan gejala awal kanker payudara.

“Orang Indonesia itu nggak mau tahu, takut kalau cek jadi tahu,” ujar Prof dr Noorwati Sutandyo, SpPD-KHOM, dokter ahli kanker dari RS Kanker Dharmais. 

Menurut Prof Noor, kondisi ini menjelaskan tingginya angka kematian akibat kanker secara umum di negara-negara miskin dan berkembang dibanding di negara maju. 

Jumlah kasus kanker di negara maju, termasuk kanker payudara, umumnya lebih tinggi dibanding negara berkembang, namun sebaliknya angka kematian justru lebih rendah karena biasanya ditemukan pada stadium awal sehingga keberhasilan terapinya lebih tinggi. Di negara maju, kebiasaan deteksi dini sudah sangat dipahami dan diminati orang.

“Kalau di tempat kita, pasien sudah besar dan luka dulu, sudah stadium 4, masih berobat ke paranormal dulu baru ke medis,” ucapnya.

Prof Noor yang juga menjabat sebagai staf Divisi Hematologi-Onkologi Medik Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini menekankan pentingnya melakukan metode deteksi dini kanker payudara yang lain.

 

“SADARI paling sederhana dan bisa dilakukan sendiri sejak usia remaja, sekurang-kurangnya sebulan sekali setelah haid, antara hari ke-7 hingga hari ke-10 dalam siklus menstruasi,” katanya. 

Cara Melakukan SADARI

Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan SADARI:

• Lakukan sebulan sekali, setelah haid, pada hari ke-7 hingga ke-10 dihitung dari hari pertama haid

• Lakukan dengan posisi berdiri tegak terlebih dahulu, lalu condongkan bahu ke depan sehingga payudara menggantung

• Gunakan 3 ujung jari yang dirapatkan, bukan dengan telapak tangan

• Raba dan pijat area payudara hingga ketiak, lalu pencet/cubit puting untuk melihat apakah ada cairan

• Lakukan kembali dengan posisi berbaring, dengan bantal di bawah pundak.

Topik Menarik