Profil Susie Wiles, Kepala Staf Wanita Pertama dalam Sejarah Amerika Serikat

Profil Susie Wiles, Kepala Staf Wanita Pertama dalam Sejarah Amerika Serikat

Global | okezone | Jum'at, 8 November 2024 - 16:01
share

WASHINGTON - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump, pada Kamis, (7/11/2024) menunjuk ketua tim kampanyenya, Susie Wiles, sebagai Kepala Staf Gedung Putih. Penunjukan ini adalah yang pertama sejak Trump mengalahkan Wakil Presiden Demokrat Kamala Harris dalam pemilihan pada Selasa, (5/11/2024).

Telah lama aktif di dunia politik, Wiles dikenal sebagai sosok berpengaruh yang jarang muncul di hadapan publik. Melalui Fox News, selama perayaan kemenangannya di West Palm Beach, Florida, Trump memberikan ucapan terima kasih khusus kepada Wiles atas perannya yang sangat penting dalam kampanye.

"Saya juga ingin mengungkapkan penghargaan besar saya kepada Susie dan Chris atas pekerjaan luar biasa yang kalian lakukan. Susie, datanglah, Susie," katanya. "Susie suka berada di belakang layar, biar saya beri tahu kalian. Si bayi es. Kami menyebutnya bayi es. Susie lebih suka berada di balik layar, meskipun sebenarnya dia tidak hanya diam di belakang,” tambahnya.

Trump menggambarkan Wiles sebagai sosok yang kuat, cerdas, dan inovatif, serta secara universal dihormati dan dihargai. Dia juga mencatat bahwa Wiles adalah Kepala Staf wanita pertama dalam sejarah AS, "Saya tidak ragu bahwa dia akan membuat negara kita bangga,” ujar Trump. Lalu, siapakah sebenarnya Susie Wiles?

Susan Wiles, lahir pada 14 Mei 1957 di New Jersey, adalah seorang ahli strategi politik dari Partai Republik yang dikenal atas kemampuannya dalam menjalankan kampanye yang terstruktur dan disiplin, yang membedakan kampanye Trump pada 2016 dibandingkan dengan dua kampanye presiden sebelumnya.

 

Melansir Reuters, bersama dengan rekan manajer kampanye, Chris LaCivita, Wiles berhasil menata kampanye yang efisien, meskipun kadang-kadang sulit untuk menahan Trump agar tetap mengikuti naskah yang telah ditentukan. Wiles juga berhasil meminimalisir kebocoran informasi yang merugikan ke media dan menerapkan strategi yang mampu menarik dukungan dari sebagian pemilih Latino dan kulit hitam, berkontribusi pada kemenangan Trump yang menentukan.

Wiles memulai karier politiknya pada 1980 sebagai bagian dari tim kampanye Presiden Ronald Reagan. Sejak saat itu, ia bekerja dengan sejumlah tokoh Partai Republik moderat, seperti Jack Kemp, anggota DPR yang mendukung perdagangan bebas, dan Tillie Fowler yang dianggap moderat dalam berbagai isu, termasuk pengendalian senjata. Wiles juga sempat menjadi manajer kampanye mantan Gubernur Utah Jon Huntsman Jr. dalam pemilihan presiden 2012, namun Huntsman kemudian mengecam Trump setelah insiden penyerbuan Capitol pada 6 Januari 2021.

Selama bertahun-tahun, Wiles beralih bekerja dengan tokoh-tokoh Partai Republik yang lebih agresif, termasuk Senator Rick Scott dari Florida, serta membantu kampanye sukses Ron DeSantis untuk pemilihan gubernur Florida pada 2018. Meskipun kemudian DeSantis memecatnya setelah terpilih, Wiles kembali terlibat dalam strategi kampanye Trump, dan ketika Trump dan DeSantis bersaing di pemilihan pendahuluan Partai Republik 2024, Wiles memainkan peran utama dalam menyusun serangan negatif terhadap DeSantis.

Meski dikenal sebagai sosok yang ramah, Wiles sering kali terlihat sebagai pribadi yang sedikit misterius. Ia jarang tampil di televisi atau dalam forum publik dan lebih memilih berperan di balik layar. Pendekatan ini sesuai dengan penilaian Trump yang menyebut Wiles sebagai "ice maiden" dalam pidato kemenangannya. "Susie suka berada di belakang, biar saya beri tahu kalian. Kami memanggilnya gadis es," ujar Trump dalam laman SBS News.

 

Seiring berjalannya waktu, Wiles diperkirakan akan menjadi wanita paling berkuasa di Washington. Menyadur Politico, penunjukannya sebagai Kepala Staf Gedung Putih, meskipun mengejutkan bagi sebagian orang, sebetulnya sudah diprediksi karena kepercayaannya di kalangan para tokoh utama Partai Republik, khususnya Trump. Sebagai penasihat senior Trump dalam kampanye 2024, Wiles telah berhasil membawa kampanye tersebut menjadi lebih terorganisir dan profesional, berkontribusi pada kemenangan besar Trump di Electoral College dan kemungkinan suara rakyat.

Meskipun demikian, ia masih tergolong orang luar di Washington karena minimnya pengalaman dalam pemerintahan. Sebagai wanita berusia 67 tahun yang jarang tampil di depan umum, Wiles lebih memilih untuk tetap berada di belakang layar, percaya bahwa pendekatan ini lebih efektif.

Wiles memiliki pengalaman utama dalam menjalankan kampanye politik. Sebelum bergabung dengan Trump, ia telah lama berkiprah di dunia politik Florida, dengan salah satu pencapaian utamanya adalah menyelamatkan kampanye Ron DeSantis yang sempat terpuruk pada tahun 2018. Selain itu, ia juga telah bekerja dengan sejumlah tokoh Republik lainnya, termasuk Mitt Romney, Rick Scott, dan Jeb Bush. Wiles pernah menjadi Wakil Direktur Operasi dalam kampanye Bush-Quayle pada 1988 dan Ketua Dewan Penasihat Florida dalam kampanye Romney pada 2012. Ia juga mengelola kampanye gubernur Scott pada 2010 dan sempat memimpin kampanye presiden Jon Huntsman pada 2016.

Ketika Trump mengalami kekalahan pada 2020, Wiles dipanggil untuk membantu kebangkitan kampanyenya. Dengan kemampuannya dalam mengorganisir kekacauan dalam politik Trump, Wiles berhasil membuat kampanye 2024 lebih profesional. Bahkan, ia berhasil menahan Trump agar tetap fokus, menghindari keputusan yang bisa merugikan secara politis, dan menuntun Trump untuk lebih berhati-hati dalam menyampaikan retorikanya.

Selain berkiprah di dunia politik, Wiles juga aktif dalam industri lobi. Ia bekerja dengan perusahaan lobi besar, Mercury, yang memiliki klien-klien ternama seperti SpaceX, AT&T, dan Kedutaan Besar Qatar. Wiles juga terlibat dalam lobi untuk Swisher International, perusahaan tembakau, meskipun ia tidak terdaftar secara resmi untuk lobi mereka.

 

Di balik kesuksesannya, Wiles memiliki latar belakang keluarga yang menarik. Ia adalah anak dari Pat Summerall, penyiar olahraga legendaris. Dalam memoirnya, Summerall mengungkapkan bahwa Wiles membantu dirinya berhenti dari kebiasaan alkohol dan mencari pengobatan di Klinik Betty Ford. Selain itu, Wiles juga dikatakan sebagai keturunan Commodore Matthew Calbraith Perry, seorang perwira angkatan laut AS yang memainkan peran penting dalam membuka hubungan diplomatik antara Jepang dan Barat pada tahun1850-an.

Topik Menarik