Wahyudi, Guru Inspirator: Tak Kenal Lelah Berinovasi untuk Menjemput Prestasi
Jakarta - Bagi masyarakat yang tidak melihat langsung, profesi guru acapkali dianggap tidak berat. Anggapan seperti itulah yang ingin disanggah Wahyudi, pegiat literasi, penulis, dan penerima beasiswa Program PPG (Pendidikan Profesi Guru) Prajabatan.
Menurut pria yang juga dikenal sebagai content creator di bidang pendidikan asal Pontianak, Kalimantan Barat, ini, profesi guru tidak sesederhana itu. Anggapan bahwa tugas guru ringan sama sekali keliru. “Tugas seorang guru tidak hanya mengajar, mentransfer ilmu pengetahuan kepada murid-murid. Melainkan juga mendidik, mengubah cara berpikir ke rasional-saintifik, dan memotivasi,” ujar pria kelahiran 23 Januari 1995 ini penuh semangat.
Karena itu seorang guru harus terus menerus belajar, meningkatkan kapasitas, agar profesi guru tidak dianggap sebelah mata. “Guru juga harus memiliki kemampuan menyelesaikan masalah murid-muridnya di luar pelajaran sekolah,” cetus Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (2017) tersebut.
Wahyudi mencontohkan, salah satu kasus yang terjadi pada seorang muridnya saat pandemi Covid-19 melanda. “Anak ini biasanya selalu ceria, namun saat harus sekolah secara daring karena saat itu pandemi melanda, dia menjadi pemurung karena harus terkurung di rumah terus, sementara di rumahnya sendiri rupanya punya masalah,” tuturnya.
Wahyudi bersama anak-anak di daerah terpencil. (Foto: Istimewa)
Dalam situasi seperti itu, kata Wayudi, seorang guru harus menemukan formula yang tepat sebagai solusi. Seorang guru sudah semestinya memang menjadi tempat yang nyaman bagi murid-muridnya untuk menceritakan persoalan apa pun yang mengganggu konsentrasinya dalam belajar. Dalam hal ini, si murid ternyata memiliki persoalan pribadi yang perlu diintervensi.
“Bahkan dia sempat ingin bunuh diri, merasa tidak berharga, membenci diri sendiri. Setelah dibujuk, sambil menangis dia bercerita tentang situasi penuh tekanan yang dihadapinya. Akhirnya kami menawarkan solusi untuk membawa anak ini mengikuti program healing,” kata pria yang juga seorang influencer yang memiliki ribuan pengikut. Saat ini muridnya tersebut kuliah di Tiongkok dan masih menjalin komunikasi.
Dari kasus ini Wahyudi ingin menegaskan bahwa menjadi seorang guru selain berwawasan luas juga harus memiliki kepekaan, memiliki mental orang tua yang siap ngemong serta kemampuan mendeteksi kesehatan murid, baik kesehatan fisik maupun mentalnya.
Menurut Wahyudi, agar guru semakin profesional, tuntutan untuk belajar meningkatkan kapasitas adalah sebuah keniscayaan. Ia menambahkan, guru yang tidak mau menjadi pembelajar sepanjang hayat bakal tergilas zaman. Wahyudi menilai, kalau hanya mengajar dan menyampaikan materi pelajaran, guru jelas akan kalah telak oleh mesin pencari Google.
“Itulah sebabnya seorang guru harus melakukan inovasi dalam menyampaikan ilmu dan cara berpikir kepada murid-muridnya,” ujar penyandang Magister Pendidikan Bahasa Indonesia (2023) yang juga tengah mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan di Universitas Tanjungpura untuk kembali menjadi guru.
Wahyudi sendiri dalam upayanya meningkatkan kapasitas tidak hanya memperluas bacaan tetapi juga aktif bergabung dengan komunitas-komunitas yang memiliki perhatian terhadap dunia pendidikan.
“Saya mengikuti pelatihan penulisan selama 101 hari yang diadakan sebuah komunitas literasi bernama ‘Komunitas Pustaka Rumah Aloy’, diskusi dengan mereka bagaimana menjadi guru yang menyenangkan dan memikat minat murid-muridnya terhadap pelajaran,” katanya.
Tidak hanya itu, Wahyudi juga bergabung dengan sebuah institusi swasta yang bergerak di bidang pelatihan guru, teacher learning. Apa yang dia dapat dari belajar dengan berbagai komunitas tersebut diterapkan saat mengajar di sekolah tempatnya mengabdi.
“Alhamdulillah berkat pembelajaran itu saya mendapat anugerah Guru Inspirator SMP dan SMA Pelita Cemerlang 2019,“ katanya.
Sebuah prestasi yang makin memotivasinya untuk menjalani profesi guru dengan sebaik-baiknya. Wahyudi telah membuktikan bahwa melakukan inovasi dalam pembelajaran dan mengajar dengan hati mampu mendongkrak semangat murid-muridnya dalam memahami pelajaran guna menjemput mimpinya meraih prestasi.
Hari Guru Nasional
Peringatan Hari Guru Nasional yang jatuh pada Senin, 25 November, dimaknai Wahyudi sebagai momentum bagi para guru dan insan pendidikan untuk introspeksi, menilai sejauh mana perubahan telah dilakukan demi memperbaiki kondisi pendidikan. Menurut Wahyudi, Hari Guru Nasional seharusnya tidak hanya menjadi ajang seremonial, tetapi mendorong peningkatan kapabilitas guru untuk melahirkan generasi murid yang berkualitas.
“Teruslah menciptakan inovasi. Hari Guru Nasional bisa jadi momentum untuk memulai,” kata dia.
Wahyudi berharap para guru terus meningkatkan kerja sama, saling belajar, dan berbagi informasi, terutama ketika mendapatkan pengetahuan baru. Ia juga mendorong para guru untuk mengadopsi metode pengajaran yang lebih efektif demi kemajuan pendidikan dan menjadikan profesi guru semakin dihormati di masyarakat.