Taiwan Alami 15.000 Serangan SIber Tiap Detik, 4 Kali Lebih Banyak dari Rata-Rata Negara Dunia
JAKARTA - Taiwan mengalami serangan siber empat kali lebih banyak dibandingkan rata-rata negara di dunia. Hal ini terungkap dari komentar ynag disampaikan pejabat pulau tersebut pada awal pekan ini.
Berbicara di acara Hari Industri Keamanan Informasi CYBERDAY 2024 di Tainan, Menteri Digital Huang Yen-nun mengungkapkan bahwa Taiwan mengalami sekira 15.000 serangan siber per detik, empat kali lebih banyak dari rata-rata negara dunia.
Angka yang besar ini menjadikan Taiwan sebagai salah satu negara sasaran serangan siber terbanyak di dunia. Pihak berwenang dan terkait telah menyadari buruknya situasi ini dan secara aktif meningkatkan keamanan siber.
Lantas apa yang menyebabkan Taiwan mengalami begitu banyak serangan siber?
Jika dilihat dari segi geopolitik, Taiwan dikenal sebagai potential flashpoint atau titik nyala yang potensial untuk konflik militer yang besar di wilayah Asia. Banyak dari armada perang, seperti pesawat dan kapal yang mengintai di sekitar Taiwan tetapi sejauh ini belum ada insiden serius yang terjadi akan hal tersebut.
Saat ini, Taiwan dipandang sebagai “zona perang tingkat pertama” di dunia maya atau yang berkaitan dengan siber. Untuk mengatasi permasalahan yang serius ini, pihak pemerintah Taiwan mengambil langkah dengan membentuk badan khusus dan kementerian baru untuk mengoordinasikan keamanan siber.
Dilansir Tom’s Hardware, pemerintah Taiwan dilaporkan telah mengarahkan Biro Keamanan Nasional untuk mendirikan pusat respons keamanan siber nasional dengan memanfaatkan Badan Intelijen Utama Negara untuk mengamankan data di Taiwan.
Inisiatif tersebut menunjukkan bahwa Taiwan dan pihak-pihak yang berkaitan serius dalam membangun kepercayaan dengan semua pihak yang bekerja dan berbisnis dengan negara dengan bentuk pulau seperti ubi jalar ini.
Terakhir, laporan mengatakan bahwa pihak terkait tidak dapat mengidentifikasi siapa yang menargetkan Taiwan dengan serangan siber yang luar biasa intens ini. Namun, dapat diasumsikan bahwa serangan tersebut berasal dari gabungan musuh geopolitik dan pihak yang murni mencari keuntungan moneter atau ekonomi.