Kisah Tentara Belanda Hancur Lebur Digempur Rakyat Minahasa dengan Senjata Tak Terduga
JAKARTA - Buntunya perundingan antara pemimpin - pemimpin wilayah di Minahasa dengan Belanda memaksa bersiaga. Para walak - walak atau tokoh-tokoh wilayah melakukan persiapan menghadapi segala kemungkinan serangan pasukan Belanda. Konsolidasi kekuatan dilakukan dengan mengirimkan pasukan ke Tondano untuk memperkuat pasukan yang ada.
Pemimpin pasukan ditetapkan, yakni Tewu dari walak Tondano yang dibantu oleh Wailantukan, Walalangi, Rumaper, dan Rumambi. Mereka mengirim utusan ke Filipina melalui Atep, untuk memperoleh perlengkapan senjata.
Situasi yang sedang berlangsung di Filipina mendukung maksud dan tujuan Minahasa. Ketika itu Inggris, yakni Raffles. memulai gerakan-gerakan penyusupan dalam upaya menyebarkan pengaruh di Kepulauan Filipina, berawal dari Kepulauan Sulu, Filipina Selatan.
"Utusan itu kembali ke Minawanua dengan membawa serta senapan, meriam, dan amunisi yang diperoleh dengan cara barter," demikian dikutip dari "Sejarah Nasional Indonesia IV : Kemunculan Penjajahan di Indonesia", Rabu (25/12/2024).
Diduga Ditembak Polisi hingga Menembus Pinggul, Begini Kronologi Tewasnya Siswa SMK di Semarang
Kontak senjata pertama antara Minahasa dan Belanda terjadi di daerah Tonsea Lama. Sebelumnya, sebuah serangan tiba-tiba menyebabkan Koya berhasil direbut, dan menewaskan bekas kepala walak Korompis dan membakar perkampungan di Koya.
Serangan berlanjut ke Tataaran tanpa mendapatkan perlawanan yang berarti. Pasukan yang dipimpin Letnan Jacobus Helder membuka jalan bagi pasukan Levi Sanders melanjutkan serangan ke Tonsea Lama. Sekelompok kecil pasukan Minahasa yang sedang membangun pertahanan di daerah itu mencoba menahan kedatangan pasukan Belanda.
Di Tataaran, pasukan Belanda mendirikan markas komandonya. Karena kekuatan yang tidak seimbang, pasukan Minahasa tidak dapat menahan gerak maju pasukan Belanda. Sejumlah serdadu Belanda mendekati Temberan dan membendung aliran sungai itu.
Pasukan Minahasa yang mengetahui bahwa Belanda telah membangun kubu pertahanan di Tataaran segera melakukan serangan. Dengan menggunakan meriam kaliber 6 pon, pertahanan Belanda itu dihujani tembakan-tembakan. Serangan itu mengejutkan pasukan Belanda yang tidak mengira pasukan Minahasa memiliki senjata seperti itu.
Sebelumnya mereka menduga bahwa dalam pertempuran mereka akan menghadapi senjata tradisional (inlandsche wapen). Serangan itu menyebabkan pasukan Belanda, yang telah mendekati Danau Tondano, ditarik mundur.
Selain itu, serangan tersebut mengubah rencana penyerbuan Belanda. Prediger mengirim utusan ke Minawanua dan mengundang para pemimpin Minahasa untuk mengadakan pertemuan, karena Belanda terdesak oleh pasukan Minahasa.