Belajar Budaya Indonesia, Peserta Indo-Austay Semangat Bermain Angklung
KLATEN, iNewSleman.id - Belajar alat musik tradisional angklung menjadi pengalaman tersendiri bagi peserta Indo-Austay Adult Immersion Program. Mereka senang karena bermain angklung ternyata cukup mudah.
Program Indo-Austay diselenggarakan bersama Lembaga Bahasa dan Ilmu Pengetahuan Umum (LBIPU) dan program studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Peserta terdiri atas empat warga Australia.
Pada hari terakhir kegiatan Indo-Austay di Kecamatan Bayat, kabupaten Klaten Kamis (16/1/2025) kemarin, peserta berkunjung ke SD Muhammadiyah PK Bayat. Mereka disambut dengan permainan angklung yang begitu indah oleh para siswa sekolah setempat. Para siswa memainkan lagu berjudul Suwe Ora Jamu dengan angklung.
Peserta Indo-Austay Adult Immersion Program berfoto bersama siswa SD Muhammadiyah PK Bayat, Kabupaten Klaten. Foto: Ist.
Pendamping dari LBIPU UMS, Anggoro Dias, S.Pd., menyampaikan kegiatan di SD Muhammadiyah PK Bayat adalah belajar Bahasa Indonesia dasar.
"Peserta belajar bagaimana cara menyusun kalimat dengan benar. Peserta juga belajar membuat kalimat dengan bahasa Indonesia dengan benar," kata Anggoro Dias.
Keluarga Korban Kapal Tenggelam Gelar Aksi Bakar Ban dan Blokade Jalan di Depan PT. Citra Raja Ampat
Selain belajar tentang pembuatan kalimat yang baik dan benar, peserta juga belajar tentang beberapa sapaan yang digunakan dalam bahasa Jawa, seperti sugeng rawuh, sugeng enjing, sugeng sonten, dan pripun kabare?.
Hector Warren Fraser yang menjadi peserta dari Indo-Austay itu juga aktif bertanya dengan guru. Hector bertanya tentang bagaimana cara menjawab sapaan nuwun sewu.
"Jika kita bilang nuwun sewu like permisi, bagaimana cara menjawabnya?" tanya Hector.
Kemudian guru di SD Muhammadiyah PK Bayat pun menjelaskan cara menjawabnya.
"Misal kalian bilang nuwun sewu, saya menjawab monggo," ujar Kepala Sekolah SD Muhammadiyah PK Bayat itu.
Laili mengungkapkan bahwa ini merupakan suatu kebanggan bisa dikunjungi orang dari Australia dan bisa memperkenalkan budaya Indonesia.
"Senang sekali karena memperkenalkan budaya dan kearifan lokal. Juga memberikan pengalaman bagi anak-anak dan bisa menunjukkan keindahan bahwa dunia itu luas. Mungkin mereka juga bisa menunjukkan budaya dari Australia atau negara lain," tambah Laili.
Selanjutnya para peserta juga belajar tentang kalimat dalam bahasa Indonesia yang tidak memakai objek. Seperti "saya bermain" dan "saya menangis”.