Misteri Oknum Perwira Dalam Kasus Pembunuhan Sadis Kesya Lestaluhu: Kuasa Hukum Desak Ungkap Fakta
SORONG, iNewsSorong.id – Kasus pembunuhan brutal terhadap Kesya Lestaluhu, anggota TNI AL, terus menguak fakta mencengangkan. Dalam rekonstruksi kasus ini, tersangka Kelasi Satu Agung Suyono Wahyudi Ponidi (23) mengungkap keterlibatan seorang oknum perwira berpangkat Letnan Dua (Letda) berinisial M, yang diduga hadir di lokasi kejadian sebelum peristiwa nahas itu terjadi.
Rekonstruksi yang digelar di Mako Lantamal XIV Sorong, Senin (20/1/2025), memperlihatkan bahwa Letda M berada di tempat hiburan malam (THM) bersama tersangka dan korban sebelum pembunuhan terjadi. Tersangka mengaku sempat menemani Letda M kembali ke mess sebelum kembali ke THM bersama korban.
“Saya sempat joget dengan korban, lalu menemani Letda M kembali ke mess. Setelah itu, saya dan korban kembali ke THM untuk melanjutkan acara,” ungkap tersangka dalam salah satu adegan rekonstruksi.
Pernyataan tersebut memicu reaksi dari Jefrry Lambiombir, kuasa hukum keluarga korban, yang merasa ada kejanggalan terkait peran Letda M dalam kronologi kejadian. “Ada cerita yang terputus di sini. Biasanya, anggota yang keluar markas selalu didampingi perwira. Mengapa Letda M dipulangkan lebih awal?” ujar Jefrry dengan nada tegas.
Ia juga memastikan akan mendalami keterlibatan Letda M dan mendesak adanya investigasi transparan dari pihak TNI AL. Kuasa hukum bahkan telah berkoordinasi dengan anggota DPRK Sorong untuk membentuk tim khusus guna mengungkap fakta di balik tragedi ini.
Keluarga Korban Desak Keadilan
Kesya Lestaluhu ditemukan tewas mengenaskan di Pantai Saoka, Kota Sorong, dengan puluhan luka tusukan benda tajam dan tanpa busana. Ibunda korban, Aminah Latale, tidak dapat menyembunyikan emosinya selama rekonstruksi berlangsung. Ia menuding bahwa tersangka tidak bertindak sendiri.
“Kamu tidak mungkin melakukan ini sendirian! Katakan siapa temanmu,” teriak Aminah dengan suara penuh emosi.
Aminah juga mengungkap ketidaksesuaian rekonstruksi dengan fakta penemuan jenazah anaknya.
“Anak saya ditemukan tanpa busana, tapi di rekonstruksi dia masih berpakaian. Ini tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan!” ujarnya, menyuarakan kekecewaan terhadap proses rekonstruksi.
Pihak keluarga menduga bahwa lokasi pembunuhan sebenarnya bukan di pantai, melainkan di tempat lain, lalu jasad korban dibuang untuk menghilangkan jejak. Aminah menuntut perhatian serius hingga ke tingkat nasional, menyerukan agar Presiden Prabowo Subianto turun tangan untuk memastikan keadilan ditegakkan.
Publik Menanti Langkah Tegas
Kasus ini menjadi sorotan publik dan ujian besar bagi institusi hukum di Indonesia. Desakan demi desakan untuk mengungkap kebenaran terus bergema, terutama terkait kemungkinan adanya pelaku lain dan peran Letda M dalam tragedi ini.
Suara Aminah menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan, khususnya dalam kasus kekerasan terhadap perempuan. “Ini bukan hanya soal anak saya. Ini soal martabat perempuan di negeri ini. Jangan sampai keadilan dibungkam,” tegasnya.
Kini, publik menunggu langkah tegas dari aparat penegak hukum. Apakah kasus ini akan diungkap hingga tuntas, atau justru menyisakan misteri yang menambah kelam catatan keadilan di tanah air?