Jauh dari Sombong, Mulyono Satu Ini Sangat Rendah Hati dan Dicintai Anak Buah

Jauh dari Sombong, Mulyono Satu Ini Sangat Rendah Hati dan Dicintai Anak Buah

Terkini | inews | Selasa, 3 September 2024 - 07:45
share

JAKARTA, iNews.id Ini bukan tentang Mulyono yang sedang heboh di jagat politik nasional. Mulyono satu ini sangat membekas di hati anak buahnya. Dia begitu dicintai dan dihormati karena kepemimpinan serta keteladanan yang ditunjukkan selama memimpin.

Mulyono yang ini tak lain Jenderal TNI (Purn) Mulyono, KSAD ke-31 (periode 15 Juli 201522 November 2018). Dalam dunia militer Indonesia, nama Jenderal Mul harum sebagai sosok sederhana, bersahaja, dan sangat menyayangi pasukannya. Kesederhanaan Jenderal Mul tak lepas dari didikan orang tuanya, pasangan Suyatno Yatno Wiyoto dan Pardinah.

Keluarga Suyatno merupakan keluarga sederhana. Untuk menghidupi keluarga, sehari-hari Suyatno bekerja sebagai pegawai Dinas Pekerjaan Umum dan Pengairan. Penugasannya sebagai penjaga pintu air, tulis buku biografi Mulyono Sosok Jenderal, Sang Pembeda yang diterbitkan Dinas Sejarah Angkatan Darat pada 2018, dikutip Selasa (3/9/2024).

Suyatno-Pardinah tinggal di Desa Cepokosawit, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Mengingat pekerjaannya termasuk pegawai golongan rendah, Suyatno juga bertani untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Bagi sebagian besar warga desa, bercocok tanam menjadi andalan.

Pada 12 Januari 1961 lahir jabang bayi laki-laki yang dinantikan Suyatno-Pardinah. Bayi itu diberi nama Mulyono. Pemberian nama Mulyono yang merupakan anak ketiga ini mengandung maksud agar nantinya anak ini mempunyai sifat mulia atau membawa kemuliaan, tulis Disjarahad.

Mulyono Masuk UGM

Setelah lulus dari SMA Negeri 1 Boyolali, Mulyono mendaftar kuliah di Universitas Gadjah Mada alias UGM, Yogyakarta. Orang tuanya memang berharap Mul dapat melanjutkan pendidikan tinggi. Suyatno bahkan berpesan Mul tak perlu mengkhawatirkan biaya meski sesungguhnya ekonomi keluarga juga pas-pasan.

Di kampus bergengsi itu, Mul tertarik dengan tiga jurusan yakni pertanian, peternakan dan dokter hewan. Ketertarikan ini tidak lepas dari akar Mulyono yakni sebagai cah ndeso. Setelah tes, pada masa-masa menunggu pengumuman, Mulyono bermain ke rumah bibinya di Magelang.

Kedatangan itu kelak akan mengubah jalan hidup Mulyono. Bukan UGM yang menjadi pijakan karier anak ketiga dari tujuh bersaudara itu, melainkan TNI Angkatan Darat. Kok bisa? Semua bermula ketika ia mengantar bibinya ke pasar. Dalam perjalanan terlihat para Taruna Akabri (kini Akademi Militer atau Akmil) berjalan gagah.

Apa itu bulek (bibi), tanya Mulyono. Oleh bibinya yang kebetulan sersan dan berdinas di Armed 3/Tarik dijelaskan bahwa para remaja berseragam tersebut tak lain para siswa Akmil alias Taruna. Mulyono tampak takjub. Dia pun lantas menanyakan apakah mungkin dirinya menjadi tentara.

Dari situ bulat tekad Mulyono untuk masuk Akmil. Pikirannya, sekolah ini tak perlu mengeluarkan biaya sehingga dapat meringankan beban orang tua. Lewat gemblengan pamannya yang juga seorang prajurit berpangkat sersan dua, Mulyono lantas diajari latihan fisik.

Hari-harinya di Magelang lantas diisi dengan olahraga untuk memperkuat jasmani. Mulyono tak hanya berlari, namun juga berlatih push up, pull up dan sebagainya. Terdapat cerita menarik ketika Mulyono kembali ke desanya dan mencoba periksa kesehatan pada seorang mantra.

Karena perawakannya yang kecil, Mulyono dianggap kena penyakit TBC. Tentu saja keterangan itu membuat syok. Tapi beruntung sang ayah memberikan dukungan moral. Kamu kuat lari dan jalan kok dibilang kena TBC, ucap Suyatno.

Seraya menunggu pengumuman Akabri, keluar hasil tes kampus. Mulyono diterima di fakultas peternakan UGM. Dia sempat mengikuti proses administrasi dengan membayar uang kuliah. Namun, karena belakangan dia juga diterima Akmil, Mulyono memilih berkarier sebagai prajurit TNI.

Dekat dengan Prajurit

Mulyono lulus dari Lembah Tidar pada 1983 dari kecabangan infanteri. Mula-mula kariernya sebagai komandan peleton batalyon infanteri (Danton Yonif) 712/Wira Tama, Danton Yonif 713/Satya Tama, Danki Yonif 713/Satya Tama, dan berlanjut sebagai Pasiops Yonif 713/Satya Tama.

Pangkat mayor diperolehnya saat dia digeser sebagai Kasiopsjar Pusdikif Bandung (1995), kemudian Danyonif 143/Tri Wira Eka Jaya Kodam II/Sriwijaya (1997). Setelah itu serdadu yang menyelesaikan Diklapa II pada 1995 tersebut kemudian menjabat Dosen Gol V/Seskoad (1999), Dandim 0901/Samarinda (2000) dan dipromosikan sebagai Danrem 061/Surya Kencana.

Karier militernya juga dihiasi dengan penunjukan sebagai Kasrem 121/Alambhana Wanawai, Asops Kaskostrad, Danmentar Akmil Magelang, Danrem 032/Wirabraja, hingga Wadansecapa TNI AD. Lulusan terbaik Seskoad 1999 ini pecah bintang saat dipromosikan sebagai Dirlat Kodiklat TNI AD pada 2011.

Masih di Kodiklatad, prajurit yang semasa SD hingga SMP selalu naik sepeda onthel menuju sekolah itu lantas digeser sebagai dirdok. Tak lama bintang emas di pundaknya menjadi dua saat dipromosikan sebagai Wadankodiklat TNI AD pada 2012.

Setelah itu berturut-turut menjabat Asops KSAD dan Pangdam Jaya. Karier Mulyono kian meroket. Namanya mulai santer disebut sebagai dalam bursa calon pemegang tongkat tertinggi TNI AD. Terlebih tak lama setelah itu Mulyono dipromosikan sebagai Pangkostrad pada 2014. Tiga bintang emas pun melekat di pundaknya.

Benar saja. Pada Kamis 7 Juli 2015, jenderal asal Boyolali itu dipercaya Presiden Joko Widodo mengemban amanat sebagai KSAD. Mul menggantikan Jenderal TNI Gatot Nurmantyo yang dilantik sebagai Panglima TNI.

Mulyono dikenal sebagai jenderal yang sangat dekat dengan anak buah. Bahkan, dalam setiap kunjungan ke markas atau barak-barak pasukan, Mul tak segan-segan menegaskan dirinya sama saja dengan prajurit lain: sama-sama tentara yang mengabdi bagi bangsa dan negara.

Salah satu ciri yang akan selalu dikenang oleh para pasukannya yakni tidak mau berjarak dengan anak buah. Tak heran dalam setiap kunjungan menemui pasukan, Jenderal Mul selalu meminta prajurit untuk berdiri di samping, bahkan merangkul dirinya.

"Kamu mau tanya, tanya apa aja silakan," ucap Jenderal Mul sambil menarik tangan prajuritnya untuk merangkul pundak. Prajurit itu pun langsung bertanya tapi dia tak sanggup menyembunyikan rasa gugup.

"Kamu gemeter, jangan gemeter," ungkap Mul, langsung disambut seluruh pasukan yang hadir.

"Siap, saya grogi," jawab prajurit bernama Ronny itu.

"Ngapain grogi, gak usah. KSAD juga makan nasi kok bukan makan beling," timpal KSAD diiringi tepuk tangan hadirin. Momen penuh keakraban ini berlangsung Jenderal Mulyono berkunjung ke Yonif 113/ Jaya Sakti Kodam Iskandar Muda, sebagaimana diunggah dalam akun Youtube Iskandar Muda Military Area Command.

Topik Menarik