Dampak Wabah PMK: Peternak Gunungkidul Terjerat Hutang Bank
GUNUNGKIDUL, iNewsPantura.id - Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang melanda wilayah Gunungkidul telah menjadi mimpi buruk bagi para peternak sapi. Selain harga sapi yang anjlok drastis, banyak peternak kehilangan ternak mereka yang bernilai belasan hingga puluhan juta rupiah.
Salah satu kisah memilukan datang dari Suryadi, warga Padukuhan Polaman, Kalurahan Pampang, Kapanewon Paliyan, Gunungkidul. Salah satu sapi jenis Simental miliknya mati setelah terjangkit PMK. Padahal, sapi tersebut dibeli dengan uang hasil pinjaman bank.
“Pinjam ke bank Rp30 juta. Saya beli dua ekor sapi jenis Simental. Rencananya untuk investasi, tabungan biaya sekolah anak,” ujar Suryadi dengan nada pilu.
Namun, harapan tersebut pupus setelah salah satu sapi, yang bernilai Rp17,5 juta, mati hanya enam hari setelah menunjukkan gejala penyakit. Mulanya, sapi terlihat sulit makan dan mengeluarkan banyak air liur. Kondisi tersebut semakin memburuk hingga sapi tidak mampu berdiri.
Cek Lokasi dan Jadwal SIM Keliling Polres Tasikmalaya Kota Hari Ini, Rabu, 11 Desember 2024
Suryadi sempat meminta bantuan dokter hewan untuk menangani sapi yang sakit. Ia juga mengikuti anjuran membersihkan kandang dan menyemprotkan disinfektan. Namun, upaya tersebut tidak mampu menyelamatkan sapinya.
“Dokter sudah berusaha memberikan pengobatan, dan saya juga membersihkan kandang sesuai arahan. Tapi tetap saja, sapinya tidak tertolong,” kata Suryadi, yang kini hanya bisa pasrah.
Sapi yang tersisa kini dirawat Suryadi dengan ekstra hati-hati, meskipun kekhawatiran terus menghantui. Hutang bank sebesar Rp30 juta pun menjadi beban besar yang harus ia tanggung di tengah kondisi yang sulit.
Berdasarkan data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul, sebanyak 800-an sapi terindikasi suspek PMK, sementara 63 di antaranya telah mati. Peternak di wilayah ini merasa masih kurangnya jangkauan penanganan dari pemerintah, terutama di pelosok-pelosok.
Bagi para peternak seperti Suryadi, wabah ini tak hanya membawa kerugian materi, tetapi juga pukulan mental yang berat. Mereka berharap ada perhatian lebih dari pemerintah untuk membantu meringankan beban yang mereka tanggung, baik berupa bantuan medis maupun solusi untuk melunasi hutang yang semakin mencekik.