Didukung Pertamina, Mahasiswa ITS Berhasil Sulap Limbah Jadi Energi Melalui Inovasi Ramah Lingkungan

Didukung Pertamina, Mahasiswa ITS Berhasil Sulap Limbah Jadi Energi Melalui Inovasi Ramah Lingkungan

Terkini | tuban.inews.id | Selasa, 15 Oktober 2024 - 09:00
share

Surabaya, iNewsTuban.id - Inovasi mengubah limbah minyak bumi menjadi energi listrik yang dipresentasikan Gasolleum Team, grup duo mahasiswa Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), berhasil mejadi Juara Terbaik 1 pada kompetisi Lomba Poster Inovasi. Kompetisi ini merupakan bagian dari Forum Improvement & Innovation Award (IIA) 2024 yang diselenggarakan Pertamina Subholding Upstream Regional Jawa di Kampus ITS, Surabaya, 7-10 Oktober. 

 

Ramadhita Purnomo dan Bryllian Kendek menampilkan ide inovasi mengembangkan Microbial Fuel Cell. Mereka menemukan isolat bakteri pseudomonas aeruginosa dari limbah minyak bumi (oil sludge) dapat menghasilkan listrik.

 

“Inovasi ini memiliki potensi besar untuk mengurangi limbah industri dan menghasilkan energi bersih. Kami senang mendapat kesempatan mengikuti kompetisi yang disponsori Pertamina, karena bisa terkoneksi langsung dengan industri. Kami ingin bisa scale up. Mungkin penemuan ini bisa menjadi sumber energi baru, dapat digunakan untuk menerangi lampu-lampu di kantor Pertamina. Jadi oil sludge termanfaatkan menjadi energi, nggak jadi limbah,” terang Rama.

 

Sementara itu, Cagar Watch, jam daur ulang plastik PP kreasi mahasiswa Desain Produk dan Statistika Bisnis Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil menyabet Juara Terbaik 1 dalam Lomba Produk Inovasi. 

 

 

“Jam analog Cagar Watch ini terbuat dari bahan daur ulang jenis plastik recycle PP yang digunakan pada limbah botol minum dan makanan kemasan,” terang Ketua Tim Cagar, Senja Alfakori Diansah. Dewan Tim Cagar Watch unggul dalam empat kriteria penilaian Dewan Juri, yakni reduce (mengurangi pemakaian), reuse (menggunakan kembali), recycle (daur ulang), dan upcycle (membuat produk baru dari produk lama).

 

Bagi Senja, Nisa Abiba, dan Syahrial Arkan, ketiganya mahasiswa ITS, kompetisi Lomba Produk Inovasi ini menjadi kesempatan pertama untuk mempresentasikan Cagar Watch. Hasilnya, langsung mencuri hati Dewan Juri. ‘’Penelitian telah kami mulai sejak bulan Mei. Ini pertama kali dipresentasikan ke depan publik,” kata Senja.

 

Untuk merealisasikan Cagar Watch dari konsep ide ke purwarupa (prototype) bukan hal yang mudah. Tim Cagar menghadapi tantangan pendanaan. Pembuatan purwarupa tinggal selangkah lagi, tapi dana hibah Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) hampir habis. Senja bersyukur akhirnya mendapat dana pembinaan dari Pertamina sebagai bentuk apresiasi kompetisi inovasi produk yang dimenangkannya. “Dana ini akan kami gunakan untuk melanjutkan pembuatan purwarupa Cagar Watch, sampai produk final layak jual,” tuturnya.

 

Melalui acara IIA 2024, mahasiswa dapat langsung berinteraksi dan belajar dari praktisi sektor hulu migas pengetahuan, mendapatkan koneksi antara ilmu teori dengan praktik di lapangan, serta kesempatan memperoleh pendanaan dari Pertamina Subholding Upstream Regional Jawa. 

 

 

‘’Tantangan mereka adalah dukungan pendanaan untuk mendesain, meriset, dan memproduksi. Kami mengapresiasi mahasiswa untuk bisa melanjutkan karya inovatifnya. Kami mengharap dapat terjalin kemitraan antara dunia akademisi dengan Pertamina. Forum IIA 2024 yang diselenggarakan di ITS ini tidak hanya untuk internal Pertamina, tapi juga mendorong mahasiswa untuk ikut andil dalam berinovasi,” jelas Manager Communication, Relation & CID Pertamia Subholding Upstream Regional Jawa Pinto Budi Bowo Laksono.

 

Kolaborasi antara Pertamina dan ITS dalam ajang IIA 2024 diharapkan dapat menjadi contoh bagi perusahaan BUMN lainnya. Hal itu disampaikan Direktur Inovasi dan Science Techno Park ITS Dr Eng Kriyo Sambodho dalam sambutannya pada acara Penutupan Forum IIA 2024 di Gedung Robotika, ITS. Dia pun berharap forum ini bisa dilakukan secara rutin setiap tahun.

 

‘’Indonesia punya banyak perusahaan BUMN. Kalau semua punya wadah atau forum semacam dan dilaksanakan di kampus, hal ini tentu akan memacu tumbuhnya iklim inovasi yang luar biasa. Karena dalam menciptakan inovasi kami (dunia akademis) butuh mitra, dan yang paling mungkin adalah BUMN,” tutur Dodod, sapaan akrab Kriyo.

 

Topik Menarik