Ekonom Ungkap Penyebab Sritex Bangkrut gegara Gempuran Barang dari China

Ekonom Ungkap Penyebab Sritex Bangkrut gegara Gempuran Barang dari China

Ekonomi | inews | Sabtu, 26 Oktober 2024 - 15:47
share

JAKARTA, iNews.id - Perusahaan tekstil Sritex resmi dinyatakan pailit atau bangkrut oleh Pengadilan Negeri (PN) Semarang. Hal ini berdasarkan hasil sidang PN Semarang pada perkara nomor 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eisha M Rachbini mengatakan  kebangkrutan Sritex ini disebabkan oleh penurunan daya saing industri dalam negeri. Hal ini ditandai dengan membanjirnya produk tekstil asal China di dalam negeri.

"Betul industri tekstil mengalami sunset industri. Salah satu penyebabnya karena lemah dan menurunnya daya saing," kata Eisha saat berbincang dengan iNews.id, Sabtu (26/10/2024).

Menurutnya, penurunan daya saing ini didorong oleh beberapa faktor, seperti masalah upah pekerja yang tinggi, hingga penerapan teknologi industri di Indonesia yang kurang memadai, sehingga pekerjaan menjadi kurang efisien dan akhirnya memiliki biaya produksi yang mahal.

Terkait situasi ini, kata Eisha, Indonesia tertinggal dibanding Vietnam. Penggunaan teknologi di industri di Vietnam atau China, membuat ongkos produksi produk tekstil menjadi lebih murah ketimbang di Indonesia.

"Di pasar global produk tekstil Indonesia juga kalah bersaing dg kompetitor seperti Vietnam, China yang memiliki daya saing tinggi, dari murahnya labor (upah pekerja) yang digunakan, juga teknologi yang digunakan," tutur dia.

International Textile Manufacturing Federation (ITMF) telah melakukan penelitian tentang total production cost TPT di beberapa negara produsen dan eksportir TPT pada tahun 2021.

Hasilnya, India mengungguli hampir semua negara dengan biaya produksi terendah dari sisi bahan baku dan upah. Vietnam unggul sebagai negara dengan biaya terendah untuk komponen biaya energi dan Bunga Modal. Pakistan dan Bangladesh unggul dalam hal biaya upah yang rendah.

"Sementara industri tekstil dalam negeri menghadapi biaya tinggi, tergantung bahan baku impor, juga kurangnya penggunaan modal dengan teknologi tinggi," ucap Eisha.

Topik Menarik