Kisah Mar’atul Hofizoh, Anak Buruh Perkebunan Kelapa Masuk UGM Tanpa Tes

Kisah Mar’atul Hofizoh, Anak Buruh Perkebunan Kelapa Masuk UGM Tanpa Tes

Terkini | banten.inews.id | Senin, 1 Juli 2024 - 13:00
share

SLEMAN, iNewsBanten– Kisah Mar’atul Hofizoh, anak buruh perkebunan kelapa masuk Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta tanpa tes sangat menginspirasi.

Mar’atul diterima di Program Studi (prodi) Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2024.

Anak kedua dari empat bersaudara pasangan Hairudin (52) dan Nihayah (45) asal Gubuk Timuk, Desa Korleko, Kecamatan Labuhan Haji, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

Ayahnya bekerja sebagai buruh di perkebunan kelapa sementara ibunya hanya ibu rumah tangga. Meskipun pendapatan yang tidak seberapa, kedua orang tuanya tetap berpendirian kuat agar anak-anaknya bisa mengecap pendidikan hingga perguruan tinggi.

“Saya mendapat beasiswa Uang Kuliah Tunggal (UKT) 100, jadi dibebaskan dari biaya studi hingga lulus,” kata dia dilansir dari laman UGM, Minggu (30/6/2024).

Mar’atul mengatakan, keinginan kuliah di UGM, merupakan impiannya sejak kecil. Meski kondisi perekonomian keluaga pas-pasan, dia ingin bisa kuliah di kampus terbaik di Indonesia. Keterbatasan ekonomi tak menghalanginya menggapai pendidikan setinggi-tingginya. Dia yakin melalui pendidikan bisa merubah nasib keluarga menjadi lebih baik. “Bisa kuliah di UGM sudah jadi keinginan saya sejak SD,” katanya.

Sejak kecil, Mar’atul cukup rajin belaar. Dia banyak menorehkan prestasi dan mendapatkan beasiswa pendidikan. Kini impiannya untuk bisa kuliah sudah semakin dekat dengan berhasil diterima di FEB UGM lewat jalur prestasi.

“Alhamdulillah, sangat bersyukur akhirnya bisa diterima di prodi Akuntansi FEB UGM,” ujar alumnus SMAN 1 Selong ini.

Ibunda Mar’atul, Nihayah mengatakan, neneknya berpesan agar anak-anaknya bisa sekolah yang lebih tinggi karena ayah dan ibunya hanya lulusan SD-SMP. Pesan itulah yang memacu dia dan suaminya giat bekerja dan menyisihkan penghasilan untuk ditabung.

“Kami akan mengupayakan pendidikan terbaik bagi anak, apapun kondisinya,” tutur Nihayah.

Dia mengaku bangga anaknya bisa diterima di UGM. Sedangkan anak pertamanya baru saja selesai menempuh pendidikan sarjana di salah satu PTS di Yogyakarta. Dia akan berusaha maksimal agar anaknya bisa selesai menempuh pendidikan.

“Harapannya Atul bisa kuliah dengan baik, nyaman, cepat lulus dan segera mendapat pekerjaan impiannya. Kami orang tua hanya bisa mendukung dengan doa,” ujarnya.

 

FEB UGM berkomitmen kuat untuk meningkatkan inklusivitas dengan memberikan akses pendidikan yang merata bagi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat dengan kerentanan ekonomi, sosial, maupun geografis.

Setiap tahun, FEB UGM menerima tidak kurang dari 540 mahasiswa pada program sarjana. Pada tahun 2023, 60 persen mahasiswa menerima beasiswa, termasuk UKT Pendidikan Unggul bersubsidi 100 persen.

FEB UGM memberikan beasiswa bagi mahasiswa baru yang berasal dari keluarga kurang mampu sebagai wujud komitmen kampus kerakyatan UGM untuk memberikan pendidikan berkualitas unggul dan terjangkau bagi mahasiswa.

 

Topik Menarik